Bagian-11

3.6K 142 0
                                    

Tekan bintang sebelum atau sesudah baca. Dibutuhkan juga komentarnya💙

Rutinitas Syasa pagi hari itu adalah membuat sarapan. Sarapan bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk Bara. Ia tau tugasnya sebagai istri. Dimakan atau tidak, itu urusan belakangan. Tapi sampai saat ini, Bara tidak pernah memakan masakannya. Makanan itu berakhir ke westafel.

"Kamu pulang kerja jam berapa?" Syasa melihat Bara dan Nadia barusaja keluar dari kamar. Bara sudah rapi dengan kemeja abu-abunya.

"Jam empat atau lima," jawab Bara menenteng tas laptopnya.

Nadia merapikan dasi Bara, "Nanti malam jadikan makan di luar?" Nadia berakhir memeluk Bara dengan eratnya. Dengan tangan kanannya bermain di leher Bara.

"Jadi,"

Syasa urung ke ruang tamu. Niatnya ingin menyapu.

"Yaudah, ayo berangkat." Bara merengkuh pinggang Nadia. Mereka pergi meninggalkan Syasa dengan kesendiriannya.

Ketika mendengar suara motor Bara menjauh dari rumah, barulah Syasa menyapu ruang tamu hingga ke teras. Para tetangga di sekitar juga tidak seramah seperti di rumahnya. Semua sibuk dengan keluarganya masing-masing.

Selesai menyapu, Syasa ke kamar mengambil ponselnya. Panggilan masuk dari nomor Veby tertera di layar. Syasa menelpon balik Veby.

"Hallo dek, ada apa?"

"Kak Syasa dirumah?"

"Ya, kenapa?"

"Veby masuk jam setengah sepuluh, Veby ke rumah kakak ya."

Syasa senyum, "Yaudah, kesinilah."

Syasa juga rindu dengan Veby, cerita dengan adiknya. Syasa menyiapkan sarapan untuk Veby, mereka akan sarapan bersama. Beberapa menit kemudian, suara klakson motor Veby terdengar di luar rumahnya, Syasa berlari membukakan pintu.

"Kakak.." panggilnya.

Syasa membukakan pagar untuk Veby. Melepas rindu dengan pelukan. Veby bahkan memuji rumah Syasa.

"Kamar kakak sama bang Bara mana?"

Syasa menunjuk ke kamar utama, Veby ingin masuk tapi ditahan oleh Syasa.

"Kenapa kak?"

"Ka..kamarnya lagi berantakan," ucap Syasa malu-malu.

Veby senyum dan mencolek pipi Syasa, "Yayaya, Veby paham."

Selesai sarapan mereka cerita, tepatnya Veby yang cerita. Cewek itu banyak cerita mengenai pekerjaanya. Veby naik jabatan menjadi kasir di restaurant. Diantara teman kerjanya, ada yang tidak suka dengannya.

"Senyum aja. Jangan dibalas dengan gak suka juga." Pesan Syasa.

"Ya kak. Ibu juga bilang gitu."

"Karena semakin kita benci dengan orang itu, semakin di dekatkan kita dengannya."

Arah tempat kerja Veby melewati pasar tradisional. Syasa nebeng dengan Veby, kebetulan bahan-bahan masakan di kulkas sudah habis. Ia akan belanja untuk dua minggu kedepan.

"Kakak gak nunggu Bang Bara belanjanya?"

"Bara sibuk, jadi kakak belanja sendiri aja."

Syasa sebisa mungkin tidak membuat Veby curiga dengan kondisi keluarganya. Sampai di depan pasar, Veby berpamitan dengan Syasa. "Maaf kak, Syasa gak bisa nemenin kakak belanja."

Syasa mengelus lengan Veby, "Gakpapa..lain kali aja."

"Yaudah, Veby berangkat kerja dulu ya kak."

SYASA (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang