Pertengkaran selalu terjadi kala Bara pulang larut malam membawa Nadia tidur satu kamar, bahkan saat Bara tidak pulang pun. Bara sengaja tidak menyewa pembantu dirumah, agar kondisi rumah tangganya tidak jadi bahan omongan. Mengenai tetangganya, samping kanan atau kiri rumahnya tidak berpenghuni. Di depan rumahnya, merupakan orang yang sibuk. Jarang dirumah. Kecil kemungkinan ada yang tau kondisi sebenarnya.
Selain itu, Syasa sering mendapat kiriman foto kemesraan Bara dengan Nadia. seperti ciuman bibir, pipi, bahkan saat Bara tidur tanpa pakaian dengan Nadia.
Sakit hati? Pasti. Bara menikah dengan Syasa. Tapi Bara juga pacaran dengan Nadia?
•••••
"Jangan ikut campur urusanku!!" perkataan Bara terus tergiang di pikiran Syasa hingga sekarang.
Waktu memang cepat berlalu, tapi perlajaran tiap harinya membuat Syasa banyak berpikir dan mengambil sikap.
Dua bulan sudah Syasa tidak pernah keluar rumah selain membeli bahan-bahan masakan. Tiap dua minggu sekali, Bara men-transfer uang ke rekeningnya. Dari uang itu juga, Syasa bisa menebus ijazah Teza. Keluarga Syasa mengira Bara yang menyuruh Syasa, padahal itu pemikiran Syasa sendiri.
Pagi setelah dua bulan. Syasa yang baru selesai mencuci pakaian mendengar ketukan dan suara cowok memanggil nama Bara. Dilihatnya kamar Bara masih tertutup rapat. Kemarin malam cowok itu pulang pukul sebelas malam. Syasa dengan terpaksa membukakan pintu. Seorang cowok memakai jas putih dengan kacamata hitam berdiri di depannya.
"Maaf mbak, ada Pak Bara nya?"
"Oh ada. Bentar ya," Syasa mempersilahkan masuk, namun cowok itu memilih menunggu di teras.
"Kayak pernah liat mbak yang tadi," cowok itu adalah wakil Manager Bara. Ia sangat terpaksa ke rumah Bara karena ada laporan yang harus ditanda tangani oleh Bara.
Beberapa menit menunggu di teras sambil bersenandung pelan. Wakil Manager yang bernama Wawan itu terkejut mendengar suara teriakan Bara.
"APA?!" suara teriakan Bara menggundang penasaran Wawan di depan pintu. Dari celah jendela, ia melihat Bara memarahi cewek yang membukakan pintu untuknya karena sudah menganggu tidurnya.
"SUDAH KU BILANG. JANGAN DEKATI KAMAR KU DAN JANGAN IKUT CAMPUR URUSANKU!" Wawan memberanikan diri masuk dan menjelaskan ke Bara.
"Maaf pak..mbaknya gak salah. Saya datang kesini minta tanda tangan bapak."
Dengan menundukkan wajahnya, Syasa memilih masuk ke kamar.
Bara mempersilahkan Wawan menunggu di ruang tamu. Menunggu Bara keluar dari kamarnya, Wawan merasa rumah itu seperti tidak berpenghuni. Mata Bara menjelajahi seisi rumah Bara dan berhenti di kamar Syasa. Ada rasa kasihan terhadapnya. Apalagi saat melihat raut wajahnya saat dibentak Bara."Pembantu? Atau adiknya? Atau sepupunya? Atau saudaranya? Ata--"
"Kenapa tidak di titipkan ke sekretarisku saja," suara Bara di belakang menyadarkan Wawan dalam lamunannya.
"Eh..itu..Sekretaris mu belum datang," jawab Wawan santai. Wawan seumuran dengan Bara, jadi ia tidak begitu menyegani cowok tersebut. Cuma lain hal kalau di kantor, karena jabatan Bara lebih tinggi darinya.
Laporan itu telah selesai di tanda tangani Bara. Wawan masih menatap pintu kamar Syasa, hingga suara Bara membuyarkan lamunannya. "Mau nginap disini?"
"Hehehe..ya gak lah!"
Wawan langsung pergi dari rumah Bara. Wawan mengenal Bara baru satu tahun, tapi ia bisa nilai kalau Bara merupakan cowok keras kepala. Disepanjang jalan menuju kantor, Wawan kembali kepikiran dengan Syasa. Rasa kasihan dan penasaran kini membuat Wawan terpaksa mencari tau tentang cewek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SYASA (SELESAI)
Romance18+ Nikah di jodohkan emang sudah biasa✔ Nikah tanpa cinta juga sering terjadi✔ Tapi bagi Syasa semua itu tidak diinginkan. Walau dijodohkan dan nikah tanpa cinta, bukan berarti pernikahan untuk status dan bercerai. "Aku menyerah," •••••••••••...