Bagian-31

4.5K 160 0
                                    

Yuk dibaca
Yuk divote
Yuk dikomentari
Yuk bisa yuk💪



Syasa duduk termenung di depan layar komputer. "Aneh!" harusnya dia tidak terbawa suasana memikirkan gimana Bara sekarang. Laki-laki itu tidak datang ke kantor. Sekretarisnya beberapa kali menelpon Syasa dan menanyakan kabar Bara.

"Ada masalah?" Narti datang menghampiri Syasa.

"Ngak mbak,"

Narti mengeser kursi dan duduk disamping Syasa. "Mbak tau, kamu lagi ada yang dipikirkan. Kalau kamu ngak mau cerita, ya ngakpapa."

Syasa menghela napas berat. Ditatapnya Narti dengan wajah sendu. "Perempuan itu hamil mbak," ungkapnya.

"Apa?!" terkejut Narti.

"Bukan Bara yang menghamilinya."

"Terus siapa?"

Syasa mengangkat bahunya. "Syasa ngak tau mbak."

Narti mengelus punggungku. "Sabar ya. Mbak akan dukung apapun keputusanmu."

"Keputusanku sudah bulat. Terhitung empat hari lagi. Bara harusnya sudah mentalak dan mengurus perceraian kami."

••••••

Menjelang sore hari, Syasa sedang merapikan meja kerjanya. Nano, Vivi, Bunga dan Rajab sudah lebih dulu pulang karena mau janjian nonton bioskop. Nano sudah mengajak Syasa tadinya, namun perempuan itu menolak, setengah hatinya masih memikirkan kondisi Bara dirumah ntah diluar.

Tinggallah Narti dan Syasa di ruang Marketing. Pintu ruangan diketuk dan masuklah perempuan yang seharian ini sudah beberapa kali menemui Syasa.

"Mbak belum ada kabar dari Pak Bara?" tanya perempuan yang merupakan sekretaris Bara.

"Belum."

"Kalau nanti mbak pulang kerumah, ketemu Pak Bara, tolong sampaikan ya, atasan sudah menegur saya karena Pak Bara mangkir dari rapat penting hari ini. Pak Bara diminta datang besok, dan ada hal penting menyangkut perusahaan yang akan di diskusikan."

"Baik."

"Tolong ya mbak,"

"Pasti."

Syasa berjalan keluar kantor bersama dengan Narti. Perempuan itu menolak tawaran Wawan yang ingin mengantarnya pulang. Syasa tau seharian ini Wawan sibuk menggantikan pekerjaan Bara.

Menaiki ojol, Syasa sampai dirumah tepat jam enam sore. Ponselnya bergetar, panggilan masuk dari Teza.

"Kakak dirumah?"

"Ya."

"Teza mau kerumah sama ayah dan ibu."

"Sekarang?"

"Ya kak. Boleh kan?"

"Boleh kok."

Syasa dibuat tergesa-gesa karena keluarganya akan datang berkunjung. Memesan makanan online dan membereskan rumah yang berantakan akibat ulah Bara. Laki-laki itu membiarkan air tumpah di lantai, beberapa gelas pecah, dan kursi plastik dibantingnya.

"Bara mengamuk!"

Syasa merapikan semuanya. Dia bersiap-siap menyambut kedatangan Fahrial dan Meta.

Langit mulai gelap. Suara adzan telah berkumandang. Syasa menunaikan sholat maghrib. Sekitar tiga puluh menit berlangsung, keluarganya telah tiba di luar.

Suara klakson motor Teza membuat Syasa senyum dan berlari membukakan pintu.

"Ayah? Ibu?" panggil Syasa menyalami dan memeluk kedua orang tuanya.

SYASA (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang