Bagian-51

3.8K 139 2
                                    

Yok dibaca
Yok divote
Yok dikomentari
Yok bisa yok💪

Malam begitu dingin. Angin datang menyapa. Bara baru saja selesai dengan pekerjaanya. Ia melihat jam di pergelangan tangannya. "Jam setengah sembilan," Bara mengambil ponsel dan mengetik chat ke WA Syasa.

"Sya, mau aku beliin burger ngak?"

Ceklis satu.

"Pasti udah tidur nih anak," Seru Bara tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Ia menghidupkan motor dan pergi dari cafe tempat meetingnya.

Sesuai yang ia bilang tadi, Bara mampir untuk beli burger kesukaan Syasa.

"Jangan pake tomat sama salada ya kak. Saosnya agak banyak, pake abon juga ya."

Bara masih hapal apa yang tidak disukai Syasa jika makan burger. Wajahnya berbinar memandang tiga burger jumbo yang sudah ada di tangannya.

"Pasti kamu senang kan sya, hehehe.."

Bara tancap gas menuju rumahnya. Selama perjalanan, senyumnya tidak pudar membayangkan wajah Syasa. Jalanan malam ini begitu ramai. Rata-rata anak remaja yang boncengan dengan kekasihnya. Bara tersenyum. Kenangan akan sekolahnya dulu tergiang. Ya, walau hampir delapan puluh persen kenangan itu mengenai dirinya dan Nadia, Bara juga punya kenangan bersama Syasa. Sebelum mengenal Nadia, Bara dan Syasa sangat lengket.

Jika bertemu di  kantin, tanpa segan Bara merangkul Syasa dan membawanya ke ibu kantin dan berkata. "Pesan aja sya. Aku yang bayar,"

"Banyak cakap!" Balasan Syasa. Karena keseringan Bara hanya berkata saja tanpa melakukan yang ia ucapkan.

"Suerrrr.. Sya. Kali ini jujur dari lubuk hati yang paling dalam-dalam kaliii..."

"Hmm.."

Selain itu, Bara pun sering mengantar jemput Syasa saat sekolah kalau jalanan banjir. Emang se-klop itu mereka. Cuma saat Nadia bertemu Bara, rasa perhatian Bara ke Syasa mulai teralihkan. Dan Syasapun tidak mempermasalahkan itu, karena dia dan Bara hanya teman.

Sampai di depan pagar, Bara membuka pagar dan memasukan motornya ke teras.

Jantung Bara berdegup kencang. "Ahh!!" Gugup nya. Bara menghembuskan napas dan mulai mengetuk pintu sambil memanggil nama Syasa.

"SYA?"

Bara kembali mengetuk.

"SYA, AKU PULANG..."

Karena tidak di respon, Bara mengeluarkan ponselnya dan mencoba menelpon Syasa.

"Nomor yang anda tuju sedang tidak..."

Ponselnya tidak aktif. Bara mematikan panggilan tersebut dan kembali mengetuk pintu.

"SYA, BUKA PINTU SYA!!"

Bara berdecak. Bagaimana ia masuk jika pintu di kunci dari dalam. "Huhh.."

"Sya?" Panggil nya kembali.

Tetap, hasilnya sama.

Bara berjongkok di depan pintu dan kembali mencoba menghubungi Syasa.

"Nomor yang an--" Panggilan diputus oleh Bara. Matanya mendelik menatap kunci rumah di bawah kursi. "Kenapa kunci diluar?" Ia mengambil kuncinya dan langsung membuka pintu.

Ketika dibuka, semua lampu sudah hidup. Bara meletakkan tas dan burger di meja dan naik keatas.

"Sya, aku pulang." Teriaknya.

SYASA (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang