Bagian-29

3.3K 133 7
                                    

Dibutuhkan vote dan komentarnya💙

Tersisa lima hari lagi. Bara belum kunjung mengurus surat perceraian. Entah apa hal yang menunda-nundanya. Disisi lain, Nadia terus mengingatkannya untuk mengurus perceraian. Sehari bahkan bisa lebih dari lima kali Nadia membahasnya.

Pagi itu, Bara duduk di kursinya sambil tangan kanan memijat keningnya. Badannya pegal-pegal karena kurang istirahat.

Pintu ruanganya di buka tanpa diketuk oleh Titan. Ya, laki-laki itu datang masih memakai jas putih dan celana hitamnya. Dia langsung menghadap Bara.

"Kenapa tan?" tanya Bara.

Titan menepuk tangan sambil tersenyum tipis. "Hebat kau bar!"

Barapun berdiri. "Apanya?" masih bingung dengan kedatangan Titan tiba-tiba dan ucapannya barusan.

"Benar-benar suami bajingan kau!" Titan menampar pipi Bara. Dan Bara langsung tersulut emosi dengan memukul perut Titan, Bara menarik kerah kemeja Titan.

"Jangan buat aku melupakan kalau kau teman aku tan!" geram Bara.

Titan tersenyum tipis, perih di perutnya karena tinjuan Bara tidaklah masalah. "Lepas tanganmu bar!" ketus Titan.

"Katakan apa maumu?!" Bara menghempaskan tubuh Titan.

Titan melempar selembar kertas yang dilipat olehnya kepada Bara. "BACA ITU, BIAR KAU TAU!"

"Jangan main-main sama ku!" balas Bara.

"Akupun malas main-main sama kau lagi! Buang-buang waktu, tau kau?! Ngak guna! Kau manusia yang ngak punya hati!!" ucapan Titan dibalas tatapan tajam oleh Bara. "jangan tatap aku kayak gitu! Baca aja suratnya, biar kau tau!" lanjut Titan.

Bara langsung membuka surat itu dan membanting kursi setelah membacanya. "PERSEKONGKOLAN!" Teriak Bara membuat Titan terkejut hebat.

Dengan masih mengelus dada, Titan mencoba berani melawan Bara. Jujur, Titan semasa sekolah tidak pernah bertengkar dengan Bara, ia selalu menjadi teman baik Bara.

"Apa dia menyuruhmu?!"

Titan mengerti apa maksud Bara. Laki-laki itu pasti menuduh Syasa menyuruh Titan membuat surat palsu mengenai kehamilan Nadia. Ya, Nadia hamil. Tadi pagi setelah keluar dari salah satu ruangan pasien, Titan melihat Nadia keluar dari ruangan dokter kandungan. Wajah perempuan itu terlihat gelisah dengan meremas surat yang dia pegang. Karena penasaran, Titan mendatangi temannya yang merupakan dokter kandungan yang kebetulan memeriksa Nadia.

"Ya, dia hamil. Usia kandungannya, dua minggu."

"What?!"

"Kamu kenal tan?"

"Ngak sih."

"Oh, kirain kenal."

"Dia sendiri?"

"Tadinya sama laki-laki. Tapi pas selesai di cek, laki-laki itu pergi, ntahpun pulang duluan?"

Titan segera membuka ponsel dan menunjukkan foto Bara. Firasatnya mengatakan kalau laki-laki itu Bara.

"Apa ini laki-lakinya?"

"Bukan tan. Laki-lakinya ada brewok gitu."

Dugaan Titan salah. Ternyata bukan Bara. Setelah itu Titan permisi dari rumah sakit dan meminta salinan pemeriksaan Nadia dan mendatangi Bara di kantor. Bahkan Titan tidak mengabari Syasa sama sekali.

Titan kini berdiri dengan bersandar di dinding, menatap remeh Bara. "Ngak usah bawa-bawa Syasa. Dia sama sekali ngak tau."

Bara kembali mencengkram kemeja Titan, ditatapnya tajam Titan. "Jangan mengada-ngada tan!!"

SYASA (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang