Yok dibaca
Yok divote
Yok dikomentari
Yok bisa yok💪Berbulan-bulan sudah. Usia kandungan Syasa menginjak bulan ke tujuh. Bara sudah mendapatkan pekerjaan di Yogyakarta berkat bantuan suami Muthia. Mereka telah mengontrak sebuah rumah yang jaraknya tidak jauh dari rumah Mertua Muthia.
Seperti pagi sebelumnya. Bara menyiapkan sarapan. Sudah menjadi tugas Bara apapun pekerjaan rumah, ia akan lakukan disaat ia ada dirumah.
Bara membawa sepiring nasi goreng ke kamar. Senyumnya terbit melihat istri tercintanya masih terlelap di atas tempat tidur. Bara mendekati Syasa dan duduk di sampingnya.
"Sayang..." Bisiknya tepat di samping telinga Syasa.
"Hmm..." Syasa mengeliat namun tidak membuka matanya.
Bara mencium hidung Syasa. "Sayang.. Bangun.."
"Hmm..."
"Beneran kamu ngak mau bangun nih?" Pancing Bara mulai menarik selimut yang menutupi tubuh Syasa.
Spontan Syasa membuka mata dan langsung duduk. "Isss..." Decaknya.
Bara tersenyum lebar dan menunjukkan sarapan yang ia bawa. "Makan ayo?" Ajaknya.
Syasa memeluk pinggang Bara sambil mendengus aroma parfum di kaos Bara. "Masih ngantuk.. Isss.."
Bara semakin suka melihat sikap manja Syasa. Ia pun membalas pelukan Syasa dan mencium puncak kepala perempuan itu. "Udah pagi sayang..."
Syasa melepas pelukan dan menangkup kedua pipi Bara. "Ihhh... Ganggu aja sih kamu!"
Bara mengelus perut Syasa yang membuncit. "Kamu lapar kan nak? Suruh mama kamu makan ya?"
Sudut bibir Syasa terangkat, ia ikut mengenggam tangan Bara. "Baik ayah sayang..." Jawabnya meniru suara anak-anak.
"Dimakan sekarang. Aku bakal pergi kalau kamu selesai makan." Ucap Bara lalu berdiri dan mengambil kemeja kerjanya.
"Hmmm..."
Selagi Bara pakaian, Syasa makan sambil mengajak Bara bicara mengenai lahiran Syasa nantinya. Syasa bersikeras mau melahirkan di Medan. Tapi Bara sudah terikat kontrak di tempat kerjanya. Sedangkan kedua orang tua mereka bahkan rela datang ke Yogyakarta hanya untuk menemani Syasa melahirkan disini.
"Aku mau di Medan, titik!" Keras kepala Syasa.
Bara berdecak. Sudah berapa kali ia katakan jika lebih baik Syasa lahiran di Yogyakarta saja. Perjalanan ke Medan memakan waktu, belum lagi Bara harus ambil cuti yang entah di bolehkan atau tidak.
"Disini aja ya sayang. Aku udah tanya mama sama ibu. Mereka akan datang sebulan sebelum kamu lahiran," Penjelasan Bara.
Syasa geleng kepala. "Ngak mau. Maunya di Medan."
Bara menghela napas. Ia mendekati Syasa dan duduk di dekatnya. Ditatap nya Syasa. "Aku akan cari rumah sakit yang bagus untuk kamu disini,"
"Ngak mau bar. Aku maunya disana. Kenapa sih kamu ngak ngerti!" Kesal Syasa. Ia sudahi sarapan dan membuang mukanya dari pandangan Bara.
Semakin hamil besar, sikap sensitif Syasa semakin menjadi.
"Dirumah sakit yang Kak Muthia lahiran kemarin aja ya?" Bujuk Bara kembali. Ya, Muthia sudah melahirkan. Anaknya berjenis kelamin perempuan.
"Aku ngak mau!" Syasa menatap Bara dengan kesal. "yaudah gini aja. Daripada kita ribut terus. Aku aja yang ke Medan. Kamu disini. Ngak usah temenin aku lahiran. Gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SYASA (SELESAI)
عاطفية18+ Nikah di jodohkan emang sudah biasa✔ Nikah tanpa cinta juga sering terjadi✔ Tapi bagi Syasa semua itu tidak diinginkan. Walau dijodohkan dan nikah tanpa cinta, bukan berarti pernikahan untuk status dan bercerai. "Aku menyerah," •••••••••••...