Bagian-44

3.1K 107 2
                                    

Yok dibaca
Yok divote
Yok dikomentari
Yok bisa yok💪


Tengah malam tepatnya jam dua, Syasa terbangun dari tidurnya lantaran mendengar Bara mengigau. Perempuan itu langsung duduk saat memeriksa suhu tubuh Bara semakin panas.

"Bar?" panggilnya pelan. Laki-laki itu memeluk lengan kanan Syasa layaknya sebuah guling. "aku telepon Titan ya, badan kamu makin panas nih..." ucapan Syasa hanya direspon gelengan kepala oleh Bara.

"Jangan bandal, bar!" Syasa khawatir, pasalnya ia tidak pernah melihat Bara seperti ini sebelumnya. "kamu disini aja, aku mau telepon Titan dulu."

Bara geleng kepala sambil memeluk erat lengan kanan Syasa. Perempuan itu menghela napas dan memegang tangan Bara, "Please..bar. jangan ngeyel ya, ini untuk kesehatan kamu. Aku mohon..." ucapan lembut Syasa diindahkan oleh Bara.

Syasapun turun dari tempat tidur dan langsung menelpon Titan. Syukurnya ponsel Titan aktif. Panggilan pertama tidak diangkat, dan dipanggilan berikutnya Titan baru mengangkatnya.

"Halo?"

"Halo tan? Ini Syasa. Titan bisa ngak datang kesini, Bara panas badannya tan. Syasa mohon..."

"Paling demam sya,"

"Ya Syasa ngak tau tan. Intinya badan Bara panas, terus dia tidur mengingau aja. Syasa khawatir tan.."

"Udah di kompres sya,"

"Udah tan, tapi ngak turun juga panasnya."

"Tenang dulu sya. Jangan panik. Kompres aja dulu, kasih minum kalau dia kebangun. Kalau belum turun juga panasnya, besok pagi-pagi aku kerumah kalian."

"Tapi itu bakalan ngakpapa kan tan? Syasa takut. Syasa ngak pernah liat Bara sakit."

"Santai aja sya. Mandi hujan kemarin tuh anak kan?" tebak Titan.

"Ya tan."

"Intinya kau tetap disampingnya sya. Jangan tinggalin Bara lama-lama, ntar dia kangen, heheh.."

"Jangan bercanda mulu deh tan. Syasa lagi serius nih,"

"Yaudah iya sya. Udah sana tidur. Bara udah nunggu tuh. Bye sya.. selamat malam."

Panggilan telepon pun terputus. Syasa naik ke tempat tidur dan berbaring disamping Bara sambil memandangi wajah pucat suaminya itu.

"Kalau lagi sakit aja, manjanya keterlaluan. Huh!"

•••••

Terjaga dalam tidur. Tiap kali dengar suara dengkuran Bara, Syasa langsung terbangun dan mengecek suhu tubuh Bara.

Sudah jam lima subuh. Syasa mengambil ponsel dan menelpon Titan kembali. Panasnya tidak terlalu seperti malam itu, tapi tetap saja Syasa menyuruh Titan untuk mengecek Bara. Seperti pemaksaan Syasa. Ia melarang Titan mandi atau sarapan dulu karena Syasa butuhkan sekarang adalah Bara.

"Buru tan..." seru Syasa saat Titan sudah sampai di depan rumahnya.

"Sabar mbak. Saya manusia bukan robot yang punya kekuatan super..." balas Titan.

Inilah sisi positif memiliki tempat yang berprofesi dokter umum. Syasa bisa meminta bantuannya tanpa harus mengantri ke rumah sakit dulu.

Selagi Titan mengecek tensi dan suhu tubuh Bara, Syasa senantiasa duduk di samping Bara.

"Gimana tan?"

"Demam sya."

Syasa meruntuk. "Pasti gara-gara hujan kemarin. Kamu bandal sih, ahhh!!" Syasa mengelus pipi Bara. Dan Barapun terbangun, dia menatap Syasa dan Titan bergantian.

SYASA (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang