Yok dibaca
Yok divote
Yok dikomentari
Yok bisa yok 💪Seluruh keluarga pulang sebelum adzan maghrib berkumandang. Kini rumah sudah sepi. Syasa dibantu Bara membawa piring dan gelas kotor ke dapur lalu mencucinya. Tidak ada pembahasan sama sekali. Keduanya saling diam.
Hingga ponsel Syasa tiba-tiba berdering, panggilan masuk dari Titan. Syasa menyuruh Bara mengangkatnya karena tangan Syasa masih penuh dengan busa sabun cuci piring.
Bara mengangkat panggilan dan me-loudspeaker nya.
"Halo sya?"
"Ya tan," Jawab Syasa.
"Lagi apa sya?"
Bara menyuruh Syasa diam dan laki-laki itu yang menjawabnya.
"Kenapa hobi banget nanya istri orang? Huh!" Sindirnya.
"Ada pak Bara ternyata. Heheheh.. Maaf Pak, maaf saya sebagai teman Syasa cuma ingin mengetahui keadaanya saja. Saya tau diri kok pak."
"Hmm!!" Balas Bara.
"Aku ganggu ya? Yaudah deh. Sya, lanjut di chat aja ya. Khusus Pak Bara, jangan marah-marah, nanti cepat tua, hehehe. Byee."
Titan langsung memutus panggilan tersebut. Bara geleng-geleng kepala sedangkan Syasa tersenyum tipis. Titan masih tetap menjalin komunikasi kepada keduanya. Biar bagaimanapun, ia orang yang menjadi faktor kebaikan rumah tangga mereka.
Selesai pekerjaan di dapur, Bara mengajak Syasa ke kamar. Sepertinya kamar adalah tempat yang pas untuk membicarakan kegundahan hatinya.
"Ada apa? Tumben kamu diam aja tadi," Seru Syasa sambil melipat pakaian.
"Bisa ngak, jangan cari kesibukan lain disaat aku ingin bicara serius sama kamu!" Tatapan serius Bara membuat Syasa meletakkan pakaian di atas meja. Ia duduk di samping Bara.
"Hmmm..."
Keduanya saling menatap. Tangan Bara perlahan mengenggam kedua tangan Syasa.
"Kenapa kamu ngak cerita sama aku," Ujar Bara.
Kening Syasa mengkerut. "Cerita apa?"
Bara tersenyum singkat dan menarik tubuh Syasa kedalam pelukannya. "Selama ini ibu-ibu diluar sana menyindir kamu soal kehamilan kan?"
Mata Syasa terbelalak. "Ng--ngak ada." Alesannya.
Bara mengusap lembut rambut Syasa. "Ngak usah alesan! Suka kali menyiksa batin sendiri! Cerita sya, cerita. Apa gunanya aku dirumah ini kalau bukan untuk mendengar keluh kesahmu. Kita suami istri, sudah sewajarnya mengenai rumah tangga itu kita ceritakan. Bukan kamu pendam sendiri. Ngak gitu sya!"
Syasa membalas pelukan Bara. Jujur, ia sakit hati mendengar ucapan para ibu-ibu yang terus menyindirnya soal kehamilan. Air matanya menetes, ia tidak sanggup menjawab ucapan Bara.
Bara yang tau istrinya menangis mulai mengusap-usap punggungnya.
"Husssttt... " Bujuk Bara. "Sya?"
Kepala Syasa menggeleng. Ia tidak sanggup mengatakan gimana sakit hatinya saat ibu-ibu diwarung terus menyindir kehamilan kepadanya.
Bara melepas pelukan dan menangkup kedua pipi Syasa. Jemarinya dengan lihai mengusap airmata Syasa.
"Ngak, ngak." Kepala Bara menggeleng. "Untuk apa kamu nangis? Perkataan mereka ngak usah di dengerin sya."
Syasa sampai senggugukan. "Ta--tapi bar.. "
KAMU SEDANG MEMBACA
SYASA (SELESAI)
Romance18+ Nikah di jodohkan emang sudah biasa✔ Nikah tanpa cinta juga sering terjadi✔ Tapi bagi Syasa semua itu tidak diinginkan. Walau dijodohkan dan nikah tanpa cinta, bukan berarti pernikahan untuk status dan bercerai. "Aku menyerah," •••••••••••...