Bagian-24

3.2K 117 0
                                    

Dibutuhkan vote dan komentarnya💙

Awal bulan merupakan hari yang sibuk bagi ruangan marketing ataupun keuangan. Syasa mengerjakan laporan yang bertumpuk di mejanya, begitupun yang lainnya. Hari itu, tidak ada kebisingan yang terjadi. Baik Nano ataupun lainnya. Nano mondar-mandir ke ruangan SDM bersama Rajab.

Seharian di depan komputer rasanya cape. Syasa merentangkan kedua tangan kala pekerjaan nya telah selesai.

"CAPEE!!" teriak Nano berdiri dari kursinya.

"Ehemm.." Rajab menelungkupkan wajahnya diatas meja.

"Vi, pulang nanti ke salon, ayoo?" ajak Bunga.

Vivi geleng kepala. "Ngak deh, Vivi mau ke rumah nenek aja. Minta di pijat badannya nih. Pegel-pegel semua."

Narti barusaja kembali dari rapat bersama kepala ditiap divisi.

"Gimana rapatnya mbak?" tanya Rajab.

"Lancar."

"Syukurlahh.."

Semuanya berkemas untuk pulang. Narti meminta semuanya berkumpul terlebih dahulu sebelum pulang.

"Ada apa mbak? Nano udah ngantuk nih, mau tidur di rumah calon mertua," candanya mulai dengan mengedipkan sebelah mata kepada Vivi.

"Memuakkan!" ketus Vivi.

"Mbak tadi denger di penutupan rapat bahwa Pak Bara akan menjadi perwakilan di acara peresmian cabang di luar kota."

"WOW.." respon Vivi dan Bunga.

"Terus mbak?"

"Pak Direktur meminta Pak Bara pergi bersama istrinya," sontak semua mata menatap ke arah Syasa.

"I..istrinya?" tanya Syasa.

Narti tersenyum dan mengangguk. "Benar,"

"Selamat mbak.." Nano menyalami Syasa.

"Selamat apanya peak?!" Vivi menepuk punggung Nano.

Nano mengelus punggungnya, "Ya maaf..."

"Gimanapun Pak Bara harus pergi bersama Syasa. Karena nama Syasa sudah tercatat disana. Bukan hanya itu saja, Pak Wawan juga ikut."

"Waduuhh!!" respon Vivi dan Bunga. Pasalnya mereka telah berbicara mengenai sikap Wawan yang berbeda ke Syasa.

"Gimana, kamu mau sayang?"

Syasa diam ditempat. Apa yang harus ia jawab. Ingin menolak? Tapi namanya sudah dicatat di laporan perjalanan peresmian cabang tersebut.

"Syasa ikut mbak,"

Narti mengangguk dan senyum. "Mbak ngak perlu khawatir, karena ada Wawan. Dia pasti jaga kamu disana."

•••••

Kini Syasa sudah berada di dalam mobil bersama Wawan. Syasa terus diam sepanjang jalan.

"Kamu kenapa?" tanya Wawan.

"Ngak papa,"

"Mikirin pergi nanti?"

"Humm.."

"Tenanglah, aku ada disana."

Syasa coba tersenyum dan mengangguk. Bukan hanya itu saja, ia memikirkan apa yang akan Bara lakukan disana. Apa laki-laki itu akan menghinanya di khalayak ramai, atau Bara akan terang-terangan membawa Nadia sebagai pendampingnya.

Sampai di depan pagar rumah Syasa. Wawan turun dan mengantar perempuan itu.

"Perjalanannya besok,"

SYASA (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang