Bagian-70

4.1K 140 4
                                    

Yok dibaca
Yok divote
Yok dikomentari
Yok bisa yok💪



Cuaca hari ini sangat tidak mendukung. Baru jam setengah sepuluh, hujan turun begitu deras. Syasa yang baru saja keluar dari kelas bimbingan, berbelok menuju perpustakaan. Berlama-lama disana mungkin lebih bermanfaat ketimbang di kantin menghabiskan uang.

Ruangan ternyaman setelah musholla kampus. Ruangan ini bersih, dingin, rapi dan indah. Dinding di hiasi dengan quote-quote bersifat menyemangati.

Syasa berkeliling rak buku bagian Akuntansi dan mengambil beberapa buku berjudul Metode Penelitian dan duduk di kursi yang terletak di dekat dinding.

Senyum Syasa terukir. Tangan kanannya mengelus perut, "Kita belajar ya sayang..."

••••••

Bara memutuskan untuk gabung menjadi pengemudi ojol. Berkat motor pinjaman suami Muthia, dia bisa menjadi anggota ojol. Ini juga hitung-hitung buat membiayai hidupnya di kota perantauan. Tabungan Bara semakin kesini semakin menipis. Belum lagi biaya penginapan dihotel dan makannya.

Pagi yang begitu indah. Bara sengaja parkir tidak jauh dari rumah Muthia, dan keberuntungan ada di pihaknya saat Muthia memesan ojol. Bara sendiri tidak tau menau jika Muthia memesan untuk Syasa. Begitu senangnya ia saat melihat Syasa memakai celana hitam panjang dan kemeja longgar berjalan mendekatinya.

Sebelum Bara ngojek, Titan sudah ia antar ke bandara. Ya, Laki-laki itu mendadak dapat panggilan darurat dari rumah sakit yang mengharuskan ia meninggalkan masa cutinya. Titan sendiri belum merasa puas, apalagi ia belum menghabiskan waktu bersama Kalisa.

"Aku pulang bar,"

"Hati-hati tan."

Titan menepuk pundak Bara. "Cepat balik bawa kakak ipar sama Bara junior,"

Bara tersenyum dan mengangguk. "Siap..."

Kini Bara sedang menunggu di depan gerbang kampus Syasa. Ia sudah menghubungi Clara, perempuan itu mengatakan kalau ia melihat Syasa di perpus. Berteduh dibawah pohon, pandangan Bara terus melihat ke gerbang kampus tersebut.

Ponsel Bara berdering. Panggilan masuk dari Kalisa.

"Halo?"

"Mas ngapain berteduh di bawah pohon."

"Saya nunggu Syasa."

"Mbak Syasa udah ngak ada dikampus mas. Mas, mending mas masuk ke kampus aja. Kasian mas kena hujan."

"Syasa masih ada. Dia di perpustakaan."

"Oh. Maaf mas, saya ngak tau."

"Mas berteduh di kampus aja. Nanti mas sakit.."

"Ngak, ngak. Saya ngak mau buat Syasa semakin marah lagi. Saya nunggu disini aja."

"Tapi mas, diluar masih hujan lo."

"Ngak masalah,"

Bara memutuskan panggilan tersebut karena geluduk. Ia berjongkok di bawah pohon. Sebenarnya ini bukan tempat yang baik karena bisa saja Bara terluka jika pohon itu jatuh, namun Bara tidak punya pilihan selain berteduh disana.

Menatap langit yang mendung. "Please, berhenti ya. Kasian Syasa. Dia pasti belum makan."

Bara sangat berharap, jika Syasa akan memaafkannya. Ya, walaupun tidak dengan waktu yang cepat ini.

Doa Bara dikabulkan. Hujan mulai reda dan perlahan-lahan berhenti. Genangan air dijalan membuat beberapa mahasiswi yang keluar dari gerbang kampus mengomel.

SYASA (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang