Bagian-20

4.7K 154 1
                                    

Dibutuhkan komentar dan Votenya💙


Syasa terbangun di jam setengah tujuh. Kesiangan. Ia langsung mengambil handuk dan mandi. Begini jika sudah menangis semalaman, bahkan ia tidak mendengar belasan panggilan masuk dari Wawan.

"Maaf, aku kesiangan."

"Yaudah, aku jemput balik ya."

"Gakusah. Aku naik ojek online aja. Please, aku gak mau ngerepotin kamu."

"Oke deh. Hati-hati, jangan buru-buru banget."

"Iya, makasih ya."

Memakai kemeja warna biru dongker dan celana hitam panjang. Rambut hanya di kuncir satu. Syasa paling tidak suka keterlambatan, apalagi kalau terlambat sekolah. Ingat waktu dulu sekolah, Syasa paling ngeburu Veby, karena adiknya itu kalau siap-siap sangat lambat.

"Jangan lihat!!" batinnya melewati kamar Bara. Dan ya, Syasa berhasil. Ia segera mengunci pintu dan menjumpai ojek online yang sudah menunggu di luar pagarnya.

"Maaf pak, lama."

"Iya, gakmasalah mbak."

Menggunakan ojek online, Syasa sampai di kantor jam delapan lewat sepuluh menit. Sudah lewat sepuluh menit dari jam kerja. "Gakpapa telat dikit, yang penting selamat sampai kantor."

Sampai di ruangan, Syasa mendapat sapaan dari Nano. "Waahh, perdana telat ya mbak."

Syasa berjalan menuju meja kerjanya, "Iya, maaf ya semuanya."

"Gakmasalah sayang," jawab Narti melewati meja Syasa.

"Santai aja mbak," serentak Vivi dan Bunga sambil mengacungkan jempol.

"Gakpapa mbak. Kita mah kalau telat di maklumin. Yang gak bisa dimaklumin itu, pinjam uang dua puluh ribu katanya buat beli bensin eh taunya beli voucher internet." Ucapan Rajab dibalas kekehan oleh Vivi dan Bunga.

"Sindir terus jab!!" tambah Vivi.

"Heheh, maaf ya jab. Kirain bensinya habis, eh taunya internet aku yang habis." Nano garuk-garuk kepala sambil cengengesan ke arah Rajab.

"Selalu begitu," Rajab emang tidak mempermasalahkan itu, tapi sering kali Vivi memancingnya. "Pengalihan tuh jab, jangan sampe kasihan lagi sama tuh orang!" cibir Vivi.

Nano melempar gulungan kertas ke meja Vivi. "Aku beli voucher internetan juga buat ngabarin kamu, kan kamu selalu marah kalau aku gak kasih kabar." Nano emang paling suka buat Vivi emosi.

"Banyak tipu!!"

"Gak percaya kalian semua," Nano berdiri dan membuka aplikasi WhatApps dimana chat teratas adalah Vivi. "Dia selalu ku sematkan yang paling atas, seperti posisinya di hatiku.."

"Gombalnya gak guna!!"

"Gak guna, tapi baper kan?"

"Kambeng kau Nano!!"

Begitulah di ruangan itu, tidak ada keheningan kalau semuanya hadir. Beda hal kalau diantara mereka ada yang mengambil off.

Syasa membuka lemari mejanya. Ia mengeluarkan bekal makanan berwarna biru muda darisana. "Apa ada yang tau ini punya siapa?" tunjukkan ke lainnya.

"Dari Pak Wawan," jawab Vivi dan Nano barengan.

"Cieee barengan," goda Bunga.

Nano bersiul ke Vivi. "Kita emang jodoh. Ayo nikah?"

Vivi melempar bantal kecilnya ke Nano. "OGAH!!"

Syasa senyum sambil geleng-geleng kepala. Sangat betah di kantor karena memiliki tim seperti mereka.

SYASA (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang