Bagian-17

3.1K 117 0
                                    

Dibutuhkan vote dan komentarnya💙


Syasa menyiapkan celana olahraga dan kaos longgar untuk ia kenakan saat olahraga di lapangan kantor. Hari jumat, seluruh pegawai akan olahraga bersama. Celana olahraga yang akan Syasa pakai merupakan milik Veby. Celana olahraga bekas sekolahnya dulu sudah diberi ke tetangganya. Tetangga yang anaknya sekolah di sekolah Syasa dulu.

Terhitung itu hari ke-lima Syasa bekerja di kantor itu. Sama sekali Syasa tidak pernah masuk ke ruangan Bara. Berpapasan sering, apalagi saat breafing. Syasa mengangguk saja kala beberapa pegawai mengenalnya sebagai istri Bara.

Syasa barusaja keluar dari kamar. Ingin mengambil botol minum di meja makan. Langkahnya mundur kala melihat Bara dan Nadia sedang sarapan disana.

"Sayangg..." suara Nadia.

"Hmmm.."

"Gak usah kerja hari ini." Nadia menyandarkan kepalanya di pundak Bara.

"Aku sudah banyak libur, sayang."

"Isss...aku pengen jalan-jalan ke mall." Rengeknya.

"Pulang aku kerja."

"Beneran?" Nadia menatap wajah Bara dari bawah, sambil tangannya memainkan jakun Bara yang naik turun.

"Iya," jawab Bara mengelus pipi Nadia.

Syasa terpaksa melewati mereka. Dia juga tidak mengambil botol minumnya. "Beli minum di kantin aja nanti," pasrahnya.

Nadia memang licik. Saat pandangan Syasa mengarah ke mereka, cewek itu dengan sengaja mencium bibir Bara. Syasa membuang wajahnya ke samping. Harusnya ia tidak melihat ke arah mereka. Kini ia melihat secara langsung kedua bibir itu saling menempel. Bahkan Bara juga membalas ciuman itu. "TEGA!" jerit batin Syasa.

Airmatanya menetes. Hampir terisak ketika sampai di teras. Namun Syasa langsung menghapusnya kala melihat Wawan sudah menunggunya di luar pagar.

"Kamu nangis?" tanya Wawan.

Syasa buru-buru masuk ke mobil Wawan. Menghapus airmata sebelum Wawan masuk ke mobil.

"Kamu kenapa? Cerita sama aku? Bara?"

Syasa tidak mau menatap Wawan, memilih menatap kedepan. "Aku gakpapa."

Wawan menghela napas, melihat Syasa tidak menatapnya. Ia tidak mau memaksa. Hak Syasa untuk menyembunyikan. Sampai di persimpangan, harusnya berbelok ke kanan namun Wawan berbelok ke kiri.

"Kok ke kiri, bukannya kantor di---"

"Temani aku bentar," jawab santai Wawan.

"Kemana?"

"Sarapan."

Syasa melihat jam di layar ponselnya. Berdecak kala Wawan memaksanya masuk ke sebuah warung makan di pinggir jalan. Kata Wawan, itu warung makan langganannya. Nasi gurih disana, selain murah juga enak.

"Kamu gak mau?" tawar Wawan sambil mengunyah.

Syasa mengangguk, memeluk tas selempangnya. Kembali melihat jam. "Kita telat ntar.."

"Gakpapa. Hari jumat masuknya lebih lama ketimbang biasanya. Karena mereka senam dulu."

"Justru itu,"

Wawan meletakkan piring diatas meja, menenguk air putih, lalu menatap ke Syasa. "Kenapa emangnya? Kamu mau senam?"

Syasa mengangguk. "Mau banget. Aku udah bawa celana dan baju olahraga. Udah janjian juga sama mereka."

"Teman satu ruangan kamu?"

"Iya." Syasa berdiri dan menyuruh Wawan untuk pergi darisana. "Buruan ayoo!"

SYASA (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang