Bagian-66

3.1K 110 0
                                    

Yok dibaca
Yok divote
Yok dikomentari
Yok bisa yok💪


Sepulang USG, Syasa dan Muthia diajak makan oleh suaminya. Seporsi nasi goreng spesial pesanan Syasa belum kunjung habis dibandingkan Muthia yang sudah menghabiskan pesanan keduanya.

"Makan sya?" Ucap Muthia.

"Syasa ngak selera kak."

"Dipaksa sya. Kamu seleranya apa? Biar di beli lagi?"

Syasa geleng kepala. "Ngak kak. Ini aja ngak Syasa habiskan apalagi pesan yang lain. Ngak usah kak."

Muthia meninggalkan makanannya dan mengambil piring Syasa lalu menyuapi perempuan itu. "Makan sya?"

Mau tidak mau, Syasa membuka mulut dan menerima suapan Muthia.

Sangat kenyang. Entah mengapa semenjak hamil napsu makan Syasa berkurang. Dia menolak saat suapan ke lima. "Udah ya kak. Nanti Syasa muntah lo."

"Ehh.. Jangan sya,"

Selesai makan, mereka kembali pulang. Dirumah, beberapa saudara sudah berdatangan untuk membantu persiapan acara besok.

Beberapa motor sudah terparkir di depan halaman rumah. Syasa deg-degan. Entah mengapa perasaanya tidak enak.

"Yok sya?" Ajak Muthia.

"Ya kak,"

Syasa bersamaan dengan Muthia masuk kedalam. Muthia disambut pelukan oleh saudara dari suaminya. Ada yang mencium pipi dan mengelus perut Muthia.

"Tujuh bulanan nanti buat syukuran ya?"

Muthia mengangguk. "Pasti bude."

"Gimana hamil anak pertama? Ada ngidam-ngidam gitu?"

"Ada dong."

Syasa pun tertinggalkan. Muthia diajak saudara dan mereka mengobrol. Serasa asing. Syasa benar-benar asing di keramaian seperti ini.

"Jangan sedih sya. Jangan nangis.." Kuatnya dalam hati. Syasa tersenyum dan mendekati Umi. Perempuan paruh baya itu sedang memotong bawang bersama dua perempuan sebayanya.

Syasa ikut membantu mengupas kulit wortel dan berbincang mengenai acara besok. Selain para saudara, tetangga yang dekat sama Umi juga ikut membantu masak buat besok.

Seorang perempuan memakai baju tidur warna merah menghampiri Syasa dan duduk disebelahnya. Ia memandangi Syasa dari atas sampai bawah. Dan tatapannya berhenti di perut Syasa.

"Kamu lagi hamil?" Tanyanya sedikit berteriak. Orang-orang yang ada disana sontak melihat ke arah Syasa.

"Ya bu," Jawab Syasa.

Perempuan itu tersenyum tipis. "Berapa bulan?"

"Ja---"

"Sebulan lebih." Jawab Umi.

"Oh." Perempuan itu mengangguk, namun masih sinis menatap ke Syasa. "Suami mu mana?"

Syasa mematung. Pertanyaan ibu-ibu ini me membuat jantungnya berdegup kencang. Mata Syasa mulai berkaca-kaca, mulutnya tidak kuasa menjawab pertanyaan ibu itu. Ia menatap ke sekitar, mencari keberadaan Muthia, namun perempuan itu tidak ada.

"Kak..."

"Suaminya ngak ada? Ata---"

Clara datang dan memengang kedua pundak Syasa. "Ada kok bu. Ibu tenang aja. Lagian, ibu ngapain sibuk-sibuk ngurusin suami orang? Urusin aja suami ibu!" Ketus Clara.

SYASA (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang