Bagian-7

3.7K 141 1
                                    

Baca dari awal ya, biar tau ceritanya👍 dan tekan bintang kalau sudah selesai, dibutuhkan juga komentarnya💙


•••

Hidup Syasa sebagian hanya pura-pura. Setelah malam pengganti mereka, Bara sudah berada di rumah pagi harinya. Ia sudah siap-siap untuk berangkat ke kantor. Bahkan Bara tidak memperbolehkan Syasa untuk menyiapkan pakaian kerjanya.

"Pagi penggantin baru..." seru saudara yang masih ada di rumah. Bara turun lebih dulu ke bawah. Dengan wajah tenangnya, ia gabung dengan saudara untuk sarapan.

"Pagi ma?" Sapa Bara ke Pani.

"Pagi sayang," jawab Pani memberikan piring ke Bara.

"Gimana malam tadi Bar?" kepo beberapa saudara cowoknya yang belum menikah, mereka cekikian menunggu jawaban Bara.

"Biasa aja," jawabnya tanpa melihat ekpresi wajah saudara yang saling melempar tatapan binggung.

"Yakin nih? Gak terbang melayang gitu?"

Bara menggelengkan kepala. Saudaranya bedecak, percuma memancing Bara, cowok itu tidak akan termakan pancingan. Lihatlah dirinya sekarang, terlihat santai sambil menyantap sarapan buatan Mamanya.

"Baru semalem nikah, udah langsung kerja. Gak ambil cuti gitu Bar, buat bulan madu?" Pancing mereka kembali.

"Lagi banyak kerjaan,"

"Yaaahhhh...Gak asik kau Bar. Kalau aku nanti, habis nikah nih, ambil cuti dua minggu. Bulan madu terus..." ujar salah satu saudaranya membuat tawa lepas lainnya.

"Itu kalian!"

Telak, sepupunya dibuat diam oleh Bara. Cukup! Bara emang tidak asik orangnya.

"Udah ih, pengantin baru digoda mulu." Tawa Ririn yang bergabung dengan saudaranya.

"Bara udah nikah makin nyebelin Kak," bisik salah satu sepupunya ke Ririn.

Ririn tersenyum, "Liat aja nanti. Pasti dia berubah kok."

Syasa turun dengan memakai baju tidur lengan panjang. Ia senyum kala Pani mengajaknya sarapan. Semua sudah di set, kursi disamping Bara dibiarkan kosong agar Syasa duduk disitu.

"Biar Syasa aja kak," Syasa menolak kala Ririn ngin mengambilkan sarapan untuknya.

"Hai Sya?" sapa saudara Bara.

"Hai juga,"

"Gimana malam penggantin kalian?" lagi-lagi mereka bertanya tentang hal itu.

Syasa melihat ke Bara, cowok itu sama sekali tidak memalingkan wajahnya ke Syasa. Syasa membalas dengan senyum saja.

"Udah ih..kalian ini. Syasa malu tuh," bela Ririn sambil menyuapi Bella makan.

"Heheheh, maaf ya sya."

"Ya, gakpapa kok."

Sarapan berlangsung dengan hening. Belum sampai habis sarapan, Bara berpamitan ke Pani dan saudaranya untuk berangkat ke kantor.

"Kenapa gak dihabisin bar?" Tanya sepupunya kembali.

"Udah kenyang."

"Ya-ya-ya, kan tadi malam udah ke--"

Ucapannya terputus kala Bara melotot ke arah sepupunya itu. "Heheh, selow bar. Santai aja. Gak usah marah!!"

"Ma, Bara pergi ya."

"Ya, hati-hati."

Denga. Paman, Bibi, Uwa, Bude juga Bara izin. "Maaf Paman, Bara gak bisa anter Paman ke stasiun."

SYASA (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang