Bagian-6

4.1K 139 40
                                    

Kabar pernikahan Bara dan Syasa benar-benar disembunyikan terutama dari Nadia. Nadia sendiri tau Bara dan Syasa akan menikah sehari sebelum pernikahan berlangsung.

"Kamu jahat!" Nadia memukul dada bidang Bara berkali-kali.

"Sayang..."

"Kamu tega. Kamu udah ajak aku nikah, tapi kamu nikah sama Parasit itu!" tangis Nadia pecah. Dan Bara, cowok itu berusaha menenangkan Nadia. Bara menangkup kedua pipi Nadia, di usapnya airmata yang mengalir di pipi. "Hey..Dengerin aku..."

"Gak mau! Kamu jahat!"

Bara mencium kening Nadia barulah cewek itu diam, keduanya saling menatap. "Aku hanya mencintai kamu.." Bara menyelipkan anak rambut Nadia ke telinga. "Hanya kamu yang akan tetap dihati aku." Lanjutnya.

"Tapi kamu menikahi dia,"

"Hustt..." Bara mengangguk, "Aku memang menikahinya, tapi untuk Mama. Mama juga sama pentingnya dengan kamu. Aku gak mau kalian berdua tersakiti."

Nadia sengugukan, "Dengan kamu menikahi Parasit itu, sama saja kamu menyakiti aku." Nadia mengalungkan tangannya di leher Bara.

"Aku tetap akan mencintaimu." Bara mencium bibir Nadia singkat, namun cewek tersebut tidak membalasnya. "Kita akan tetap bersama," yakinkan Bara sekali lagi dengan memangut bibir ranum Nadia.

"Kamu janji?"

Bara mengangguk dan senyum, "Aku janji."

Sudut bibir Nadia terangkat membentuk sebuah senyuman, saat Bara ingin menciumnya, Nadia menempelkan telunjuknya di bibir Bara. Kepalanya menggeleng," Gak ada malam pertama sama dia, kamu harus sama aku!!"

"Pasti," jawab Bara.

"Jangan tidur satu ranjang dengannya! Aku gak mau berbagi dirimu dengan Parasit ituu!"

Bara menyeringai, dengan cepat ia menari tungkai Nadia dan mencium bibir kekasihnya itu dan Nadia membalasnya dengan lembut.

Kedua saling menikmati setiap ciuman yang mereka lakukan. Bahkan tidak peduli keadaan berkomentar.

Ciuman itu dilepas oleh Bara. Keduanya saling menatap. Tangan kanan Bara terangkat membelai pipi Nadia.

"Aku akan selalu mencintaimu, apapun itu. Secepatnya kita akan membangun keluarga yang selama ini aku impikan," Bara menjeda ucapannya, sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman. "Setelah keadaan membaik..aku akan cerita ke Mama."

"Mama pasti tidak setuju sayang," rengek Nadia.

"Husstttt...." Bara memeluk Nadia dengan erat. "Kupastikan Mama menyetujuinya. Kamu tenang saja ya,"

"Iya,"

Malam itu, malam sebelum Bara menikah. Ia tidak mau melepaskan Nadia, tapi tidak bisa menolak pernikahan itu. Sikapnya ke Nadia seketika berubah. Itu juga karena pernikahan mendadaknya. Esok pagi, seluruh keluarga akan berkumpul menyaksikan pernikahan Bara. Dan malam itu juga, Bara menyempatkan diri datang ke kos Nadia untuk memberikan pengertian.

Berbeda dengan Syasa, malam sebelum ia menikah esok ia terlihat gelisah. Ia coba menghubungi Nadia, namun cewek itu selalu menolak telepon darinya.

"Kak?" Veby datang ke kamar Syasa. "Deg-degan ya kak?" pancing Veby mencolek lengan kakaknya.

Syasa senyum singkat, kedua tangannya saling berkutat. "Kata ibu-ibu itu kan, wajar sih sebelum menikah calon penggantinya gelisah begitu. Karena kan..."

"Veby!"

"Hehehe.. canda kak, biar kakak gak tegang kali."

"Kalian hanya dititipkan untuk menjaganya, bukan untuk memilikinya."

SYASA (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang