Bagian-28

3.3K 124 3
                                    

Dibutuhkan vote dan komentarnya :)


Suara alarm membangunkan Syasa di jam enam pagi. "Hoaammm.." ia langsung turun dari tempat tidur dan membawa pakaian untuk ia cuci. Ketika membuka pintu, Syasa melihat satu koper hitam di depan kamar Bara dengan pintu kamar itu terbuka lebar. Kemudian Bara keluar dengan pakaian casual lalu menarik koper dan keluar dari rumah.

"Huhh.." bahkan Syasa sebagai istrinya tidak tau suaminya mau kemana? Dan Barapun tidak berkata kepadanya. Lagian untuk apa? Syasa sama sekali tidak dianggap olehnya, dan ya perceraian akan segera terjadi.

"Apa dia mau ngurus perceraian kami?" batinnya.

Syasa mengangkat pundaknya, "Entahlah, aku tidak peduli!"

Syasa melanjutkan kegiatannya seperti mencuci, menyapu, memasak dan bersiap-siap berangkat kerja. Pagi itu Wawan dengan sengaja menjemput Syasa. Bahkan tanpa memberi kabar karena Wawan pasti tau jika Syasa akan menolak dijemput.

"Kamu repot-repot," seru Syasa.

"Enggak masalah."

Syasapun masuk ke dalam mobil. Sebelum menyalakan mobilnya, Wawan bertanya mengenai Bara.

"Tadi sih aku liat dia bawa koper,"

Wawan mulai menghidupkan mesin mobil dan melajukan mobilnya dengan pelan. "Ya, dia akan ke luar kota."

"Ngapain?"

"Ada rapat disana."

"Oh."

"Seminggu dia disana, kamu enggak papa kan?"

Syasa tersenyum tipis dan geleng kepala. "Sudah biasa aku tanpa dia."

"Tapi tetap kamu harus kabarin aku, karena kamu sendirian di rumah." potong Wawan.

Syasa sebenarnya sudah tau jika Wawan memiliki perasaan lebih dari sekedar teman kepadanya, namun dia tidak mau memberi harapan palsu kepada laki-laki itu, Syasa tidak mau menyakiti orang lain.

"Baik bar," walau Bara ada urusan pekerjaan, tapi seminggu tetap berjalan. Syasa tidak akan mentoleransi lagi. Cukup, dirinya dipermainkan!

###

Ranting pohon mangga disamping rumah berjatuhan dihalaman, daun hijau memenuhi teras rumahnya. Syasa menginap di rumah orangtuanya selama tiga hari. Menginap di rumah Jeje sehari dan kembali kerumah dihari berikutnya. Entah bagaimana keadaan rumah tanpa dirinya. Tapi kenapa Syasa pikirkan, toh Bara akan menggantikan posisinya dengan Nadia.

Begitu cepat waktu berjalan. Seminggu telah usai. Selama seminggu Syasa tidak bertemu Bara, baik di rumah maupun dikantor. Dari kabar yang Syasa dengar hari ini Bara akan tiba di Medan setelah mengikuti rapat dan seminar di luar kota.

Mengenai Nadia, Syasa yakin Bara mengajak kekasihnya itu ke luar kota. Bara tanpa Nadia adalah kosong.

Dijam istirahat kantor, panggilan masuk dari nomor Titan terpampang dilayar. Syasa langsung mengangkatnya.

"Kenapa tan?"

"Lagi dimana sya?"

"Di kantor, lagi makan siang nih."

Jelas saja, makan siang kali ini mereka semua dibekali oleh Narti. Nano paling senang karena uang sakunya tidak keluar untuk makan di kantin.

"Besok pagi ada waktu ngak?"

"Besok pagi Syasa ngak bisa tan. Emang kenapa tan?"

"Bicaranya ngak bisa dari telepon sya. Kita harus jumpa."

SYASA (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang