Bagian-13

3.3K 126 1
                                    

Dibutuhkan vote dan komentarnya🍁🍁🍁

"Aku baru ingat," seru Wawan ketika bertemu Syasa di depan pasar.

"Apa?"

"Kamu ingat gak? Kamu pernah lamar pekerjaan di kantor expedisi?"

Syasa mencoba mengingatnya, sedetik kemudian ia mengangguk. "Kamu yang nge-interview aku kan?" kini giliran Syasa yang bertanya.

Wawan senyum dan menepuk keningnya. "BENER."

Dan ya, seperti saat Wawan liat Syasa di rumah. Cowok itu sudah tidak asing dengan wajahnya. Saat itu Wawan bermain ke ruang kerja teman dekatnya. Kebetulan temannya sedang keluar membeli jajan. Karena ada Wawan, temannya itu mengandalkannya untuk mengantikan posisinya beberapa jam saja. Disitulah Wawan bertemu Syasa.

Sebab Wawan sudah melihat Daftar Riwayat Hidup, surat lamaran dan beberapa sertifikat lombanya. Cowok itu memberikan saran agar Syasa bekerja. Kebetulan di kantor Wawan dan Bara bekerja, bagian marketing sedang membutuhkan satu pekerja lagi.

"Aku cuma lulusan SMK."

"Dicoba aja dulu."

Ada rasa ragu di dirinya. Tapi masukan dari Wawan membuat dirinya berpikir.

"Kamu yakin?" tanyanya ke Wawan.

"Karena aku yakin kamu bisa, makanya aku tawarin kamu."

Keduanya saling menatap, tapi tidak lama, karena Syasa memilih menundukkan kepala. "Kalau ak---"

Wawan berdecak, kepalanya menggeleng. "Ku kira kamu orangnya optimis. Baru mau mulai, udah mental jatuh aja. Gimana kamu mau sukses untuk ke depannya?!" ucapan Wawan menampar hati Syasa.

"Ak..aku bukan mental jatuh. Cuma aku gak punya kepercayaan diri. Karena aku sadar diri, aku gimana."

"Ayo dong?! Gak ada salahnya kamu mencoba. Kalau gak diterima, ya bukan rezeki kamu kesempatan ini."

Wawan mengatupkan kedua tangannya. "Please, di coba dulu ya? Yayaya?"

Syasa menghembuskan napas panjang. Kepalanya mengangguk sekali membuat Wawan menepuk tangan sambil tersenyum. "Nah, gitu dong."

Menit berikutny, Syasa langsung menghubungi keluarganya. Bukan meminta izin dengan Bara paling utama. Syasa meminta izin keluarganya. Ayah dan ibunya sangat setuju, sedangkan Pani dukung saja kalau itu baik untuk Syasa. Apalagi mereka tau, Syasa akan bekerja satu kantor dengan Bara walau beda bagian.

•••••

Terik pagi hari mencoba masuk dari celah jendela rumah. Syasa membuka jendela kamarnya. Pagi itu ia akan di-interview. Surat lamarannya dibawa oleh Wawan langsung. Sehari setelah itu, Syasa dapat telepon untuk interview.

Syasa sudah rapi dengan seragam hitam putihnya. Menyandang tas selempang, rambut di kuncir satu, ia keluar dari kamar. Pemandangan di dapur membuat Syasa mengelus dada. Melihat Bara dan Nadia berdekatan sambil membuat nasi goreng.

"Januari nanti, Anniversary kita yang ke-tujuh tahun." Nadia memeluk Bara. Senyum lalu tangan kanannya mengelus pipi kanan Bara.

Bara mengangguk. "Kita jalan-jalan?" ajaknya.

Nadia menggeleng. "Gak mau. Cape. Maunya berduaan sama kamu." Rengeknya, menempelkan kepalanya di pundak Bara.

Syasa melihat tangan kanan Bara terangkat mengelus puncak kepala Syasa. "Yaudah, aku ikut kata kamu aja."

Syasa menghela napas. Menunduk dan melewati kedua manusia itu.

"Woowww..." suara mengejek Nadia. Syasa tidak menanggapi, berjalan menenteng sepatu hitam menuju teras. Saat sedang pakai sepatu, suara klakson mobil Wawan mengangetkannya.

SYASA (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang