Bagian-50

4.4K 146 6
                                    

Yok dibaca
Yok divote
Yok dikomentari
Yok bisa yok💪


Di jam dua malam, Syasa terbangun. Pertama kali yang ia lihat adalah wajah Bara. Ya. Laki-laki ini memeluk tubuh Syasa seperti guling. Wajah mereka sangat dekat, sampai-sampai Syasa dapat merasakan deru napas Bara.

Syasa tidak pungkiri jika wajah Bara memang tampan. Hidungnya yang mancung, bibirnya yang tipis, kedua alisnya yang tebal menambah nilai plus.

"Aku ngak tau gimana caranya ngomong sama kamu bar," Jemari tangan Syasa bermain di wajah Bara. Mengelus pipinya, memegang hidupnya, bulumatanya hingga rahangnya. "daripada aku bimbang, aku memilih untuk ngak bilang ke kamu bar." Bulir airmata menetes ke pipi Syasa. "jujur bar. Aku sayang banget sama kamu. Tapi percuma juga sayang sama orang yang ngak sayang kita kan bar?"

Sudut bibir Syasa terangkat. Syasa mendekat dan mencium bibir Bara. "Aku sayang kamu bar," Ucapnya tanpa bersuara.

Syasa menghembuskan napas dan memeluk Bara. Menyamankan posisinya dan menutup mata kembali, beristirahat setelah cape seharian berpura-pura baik.

••••••

Pagi hari yang cerah. Sudah jam enam, Syasa dan Bara siap-siap untuk pulang, karena Bara akan bekerja. Ada meeting penting yang tidak bisa diwakilkan.

"Main lagi kesini ya kak, bang." Ucap Veby.

"Aman veb," Jawab Syasa.

Syasa memeluk erat sang ibu. Dalam pelukan itu, Syasa berbisik. "Jangan sedih kalau Syasa jarang main kerumah bu. Syasa janji akan ngabarin ibu di manapun Syasa,"

Meta tersenyum dan mencium kening Syasa. "Kamu juga jangan sedih-sedih. Harus semangat dan jangan cape-cape. Pikirin kesehatan kamu."

"Ya bu,"

Bara dan Syasa pun pergi. Di perjalanan, Syasa tidak banyak merespon perkataan Bara, alasan perempuan itu yaitu masih mengantuk.

"Sya?" Panggil Bara ketika mereka berhenti di lampu merah.

"Apa?"

"Off nanti, kita bulan madu ayo?"

Syasa berdecak, ia memukul helm yang dikenakan Bara. "Pikiran kamu mesum terus!"

"Yaelah sya, bulan madu bukan ena-ena aja sya. Bulan madu itu, kita berduaan, Jalan-jalan, belanja, makan, refresing lah sya."

"Ngak bar, ngak! Kamu masih harus bayar cicilan motor kan?"

"Soal itu, aman sya. Kita bulan madu pake tabungan aku. Soal uang ngak usah dipikir sya, yang penting kita bulan madu. Yayaya?"

"Aku pikirin dulu..."

"Tinggal bilang 'ya' aja kenapa susah sih sya?"

"AKU PIKIRIN DULU BARA!!" teriakan Syasa membuat Bara bungkam.

"Hmm..." Respon laki-laki itu.

Sampai di rumah, Syasa langsung ke dapur, menyiapkan sarapan untuk Bara. Gimanapun, ia tidak lupa tugasnya sebagai istri.

"SYA?" teriak Bara dari atas. Sepertinya Bara semakin suka teriak-teriak belakangan ini.

"APA?"

"Celana dalam aku yang warna abu-abu mana sya? Kamu pake ya?"

Syasa mendelik. Ingin sekali melempar sutil ke wajah Bara. "Kamu cari pake mata di lemari pakaian. Aku udah lipat semuanya disana."

"Ngak ada sya. Kalau ada, aku ngak mungkin nanya sama kamu!"

SYASA (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang