Bagian-46

3.3K 115 28
                                    

Yok dibaca
Yok divote
Yok dikomentari
Yok bisa yok💪

Bara melepas pelukan perempuan itu. Ya, seseorang dibelakangnya adalah perempuan. Dan Bara sangat-sangat terkejut saat melihat siapa perempuan itu.

"Nadia?" Pekiknya.

Dengan memakai gaun berwarna merah dengan belahan dadanya terekspos Nadia tersenyum lebar. Perempuan itu ingin memeluk Bara kembali, namun Bara mundur.

"Ngapain kau?!" Sentak Bara.

"Bar, maafin aku bar." Mohon nya sambil berlutut di kaki Bara.

"Nadia?!"

"Aku bakalan begini sampai kamu maafin aku!" Ancam Nadia.

Bara mundur ke belakang. Ia mengacak rambutnya. Kenapa bisa ada Nadia disini? Dan sekarang perempuan itu membuatnya malu, beberapa orang menjadikan mereka tontonan.

"Nadia, berdiri!" Gerutu Bara menatap tajam Nadia.

"Aku ngak akan berdiri sebelum kamu maafin aku,"

Bara mengepalkan tangan kanannya. Pengunjung hotel sampai berhenti melihat sikap memalukan Nadia. Bara benar-benar malu. Dan dengan sangat terpaksa, ia mengatakan.

"Baik!" Bara menghembuskan napas. "aku maafin kamu."

Senyum kemenangan Nadia tampilkan, ia berdiri dan mengucapkan maaf kepada pengunjung lainnya. Nadia berusaha memeluk lengan Bara, namun Bara dengan cepat menghindar. Laki-laki itu kembali masuk ke ruang meeting mereka dan meninggalkan Nadia begitu saja.

Kacau. Perasaan Bara tidak tenang. Jantungnya terus berdegup kencang. Ia tidak konsentrasi saat meeting tadi. Syukur nya ada Sekretaris Direktur yang membantunya.

Satu jam setengah meetingpun selesai. Bara dan rekannya kembali ke kamar masing-masing. Sebelum Bara keluar, ia sempat kan menelpon Syasa.

"Halo sya?"

"Ya bar."

"Kamu lagi apa?"

"Aku lagi main ludo sama Veby dan Teza. Kamu sendiri?"

Bara menghela napas. Syukurnya Syasa aman di rumah karena kedua adik iparnya itu ada disana.

"Aku baru selesai meeting. Ini mau tidur. Cape sya, seharian di perjalanan."

"Jangan lupa minum sisa obatnya. Dua hari lagi kamu disana."

"Ya sya,"

"Tidur gih."

"Itu doang?"

"Apanya?"

"Ngak ada ucapan spesial sebelum suami tidur gitu?"

"Lebay deh bar!"

"Ayo dong sya. Biar aku tidur tenang nih."

"Yayayaya.. Selamat malam suamiku.. Tidur yang nyenyak ya. Dahhh... "

Bara tersenyum tenang. Setidaknya mendengar ucapan selamat dari istrinya membuat hatinya sedikit lega. Barapun keluar dari ruang meeting dan berjalan menuju kamarnya. Langkah Bara berhenti tepat di kamar kedua sebelum kamarnya. Matanya mendelik menangkap sosok Nadia berdiri di depan pintu kamarnya.

"Bar?" Sapa Nadia tanpa rasa bersalah.

Bara melewatinya dan mengeluarkan kunci kamat saat ingin masuk, tubuh kecil Nadia sudah duluan nerobos masuk.

SYASA (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang