Bagian-64

3.1K 121 17
                                    

Yok dibaca
Yok divote
Yok dikomentari
Yok bisa yok 💪

Hari yang menakutkan. Syasa bahkan tidak mau ditinggal sedetikpun oleh Muthia. Perempuan itu meminta izin untuk bimbingan melalui online kepada dosen pembimbing alasan karena ia sakit.

"Pakaian kamu udah dijemur sya?" Tanya Muthia menghampiri Syasa ke dapur.

"Udah kak,"

"Terus dikamar mandi pakaian siapa?"

Clara datang ke dapur dan menyahut. "Aku kak,"

"Oh, kamu."

Tatapan Syasa dan Clara bertemu. Saat Clara ingin pergi dari dapur, Syasa memanggilnya.

"Boleh kakak minta tolong?"

Clara menghembuskan napas. Kemarin malam ia diteror banyak pertanyaan dari Kalisa. Apalagi ia tidak tega melihat wajah sendu dan mata sembab Syasa pagi ini.

"Apa kak?"

"Kakak mohon sama kamu. Jangan bilang ke teman kamu apalagi Bara kalau kakak sedang hamil."

Clara menyanggah. "Kehamilan ngak bisa ditutup-tutupi kak."

Syasa mengangguk. "Bisa. Kakak yakin Bara akan pergi dan dia ngak akan bertahan lama menunggu kakak. Jadi jangan bilang kesiapapun ya ra, kakak mohon."

Tatapan Clara berpindah ke Muthia, perempuan itu memberikan kode dengan anggukan kepala.

"Hmm.. Ya kak."

Clara jadi bingung sendiri. Satu sisi ada Syasa dan satu sisi ada Kalisa yang menjelaskan semuanya dari pihak Bara. Masalah ini lebih ribet ketimbang masalah dengan pacarnya.

Dengan setuju nya Clara, hati Syasa sedikit legah. Syasa yakin seratus persen jika Clara tidak akan ingkar janji.

Sambil mengelus perutnya, Syasa berkata. "Jangan benci mama ya sayang, mama begini karena mama sayang sama kamu..."

••••••

Bara mendapat support dari Ririn, Pani dan Titan. Mereka mengatakan kalau Bara tidak boleh menyerah.

Setelah sarapan, Bara naik ke lantai lima. Tepatnya ke kamar Kalisa. Mengenai tawarannya kemarin, Kalisa belum menjawabnya.

Sampai di depan pintu kamar hotel Kalisa, Bara menunggu, hingga beberapa detik kemudian barulah Kalisa membukakak pintunya.

"Ada apa mas?" Tanya Kalisa masih mengenakan baju tidur lengan pendeknya. Siapapun yang melihatnya pasti akan tergoda dengan paha putih dan mulus Kalisa, tapi tidak oleh Bara. Niatnya mendekati Kalisa hanya sebagai perantara agar Bara bisa bertemu Syasa kembali. Sebab Bara sudah tau jika Syasa tidak tinggal di kost, Syasa tinggal di rumah Muthia. Kunci utama agar Bara bisa masuk kesana, ya Kalisa.

"Mengenai tawaran saya kemarin, apa kamu sudah ada jawaban?"

"Oh itu.." Kalisa mempersilahkan Bara masuk, tidak enak jika bicara di luar. Bara pun menurut.

Kalisa membuatkan teh hangat untuk Bara. "Mas udah sarapan?"

"Udah,"

"Mau makan lagi, biar saya ambilin?"

"Ngak perlu, saya sudah kenyang."

Nyatanya emang Kalisa tidak gampang melupakan perasaan singkatnya untuk Bara, apalagi saat mereka akan sering bertemu seperti ini.

"Baiklah, saya mau bantuin mas." Ucap Kalisa membuat Bara tersenyum.

"Kamu serius?"

"Ya mas."

SYASA (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang