Bagian-9

3.2K 124 11
                                    

Tekan bintang setelah baca atau sebelumnya. Dibutuhkan juga komentarnya💙

Syasa memilih kamar di dekat dapur. Menyusun barang-barangnya sendirian, hingga larut malam. Dan Bara, cowok itu bersama Nadia tidak kunjung keluar dari kamar. Hatinya merasa teriris tiap kali melihat kamar itu.

"Tanpanya, aku bisa. Tanpanya, aku kuat. Tanpanya, aku tidak apa-apa."

•••••

Sudah menjadi kebiasaan baginya, bangun pukul lima subuh. Selesai shalat, Syasa ke dapur mencuci piring, menyapu dan mencuci pakaiannya. Selesai tugasnya, Syasa memasak nasi goreng.

Terbiasa melakukannya sendiri tanpa bergantung dengan orang lain. Karena pengalamannya di Yogyakarta.

Ceklek..

Suara pintu kamar Bara terbuka, menampilkan Nadia yang memeluk Bara. Melihat sekilas saja, Syasa lanjut memasak.

"Kamu mau sarapan apa? Biar aku buatkan?" kini Nadia mengalungkan tangannya ke leher Bara.

"Apapun, asal kamu yang buat." Bara mencium kening Nadia membuat cewek itu mempererat pelukannya.

"Aku ke dapur dulu ya,"

Bara naik ke lantai dua dan Nadia berjalan ke dapur, ia menatap sinis Syasa yang juga ada di dapur.

Nasi goreng buatan Syasa sudah siap. "Nadia, kamu gak perlu buatkan sarapan untuk Bara." Syasa mencegah Nadia membuka kulkas. Tatapan keduanya bertemu, "aku istrinya, aku sudah buatkan dia sarapan!" lanjut Syasa membuat Nadia geram.

Tamparan Nadia lolos mendarat ke pipi kiri Syasa. "PARASIT! KAU MENGHALANGI HUBUNGAN AKU SAMA BARA!" teriak Nadia.

Syasa mengelus pipi yang ditampar Nadia. "Kamu nampar aku?"

"Ya!" Nadia membusungkan dadanya ke depan. "harusnya lebih dari tamparan! Kau sudah merusak segalanya."

Mata Syasa mulai berkaca-kaca, Nadia yang dianggap sebagai sahabatnya sendiri tega menamparnya. "Kamu harusnya sadar. Kamu juga harus terima kenyat---"

Ucapan Syasa tergantung kala Nadia kembali menampar pipi satunya.

Plak!

"BACOT! Menipu dengan wajah sok baik!"

Syasa mengepal tangan kanannya. Jantungnya berdegup sangat kencang. Nadia sudah kelewatan batas!

"Harusnya kau yang sadar!!" celetuk Nadia. "parasit!!" tambahnya.

Tangan Syasa terangkat ingin membalas tamparan Nadia. Tapi cewek itu beruntung, karena Bara tiba-tiba datang dan memegang lengan Syasa lalu menghempaskannya.

"Bar?"

Rahang Bara mengetat, menatap tajam Syasa. "Jangan tampar dia!" tegasnya.

Syasa membulatkan matanya, tidak percaya Bara malah membela Nadia. "Bar, dia penganggu dalam rumah tangga kit---"

"KAU YANG PENGANGGU!" potong Bara dengan nada teriaknya. "berapa kali sih aku bilang," Bara melipat kedua tangannya. "jangan urusi urusanku!"

Nadia memeluk Bara dari belakang, menatap sinis Syasa. "Harusnya kau sadar diri! Yang menjalani hubungan lama sama Bara, ya aku. Bukan kau! Kau hanya Parasit yang datang untuk menghancurkan hubungan kami!" tambah Nadia semakin membuat Syasa terasa tersudutkan.

"Tamparan tadi tidak cukup untuk membalas semua PENGKHIANATANMU!" ketus Nadia, lalu mengajak Bara untuk pergi dari rumah.

"Kita sarapan diluar aja ya sayang,"

SYASA (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang