Bagian-22

3.4K 129 3
                                    

Dibutuhkan vote dan komentarnya💙

Syasa menggeliat dari tidurnya. Getaran ponselnya menjadi alarm di pagi itu. "Siapa yang menganggunya pagi ini?" layar ponselnya menyala, chat masuk dari Titan terpampang disana.

Titan

"Happy Weekend,yeyeye."

"Bangun woy!!"

"Dipatok ayam baru tau,"

"Jogging ayo, sya? Biar sehat jasmani dan rohani."

"SYASAAAAAAAAAAA!!!"

Lima belas pesan lainnya

Syasa melihat jam, sudah pukul tujuh lewat dua puluh menit. Sedangkan Titan mengirim chat di jam setengah enam pagi. "Sudah terlambat."

"Maaf tan, Syasa baru bangun ni."

Titan sedang Online dan langsung membalas chat-nya.

"Basi sya!"

"Hehehe.."

"Gak shalat apa sya?"

"Gak nyuci apa?"

"Gak beres-beres rumah apa?"

"Syasa lagi datang bulan."

"Hari minggu, Syasa nyuci jam sembilan."

"Gak perlu. Karena rumah tangga Syasa dari awal emang gak beres."

"Maaf sya, gak bermaksud nyinggung lo. Maaf woy.."

"Jangan sedih-sedih ih. Jadi pengen datang kesana terus buat anak orang senang. Hehehe.."

"Gakpapa kok tan."

Chat berhenti saat Syasa menonaktifkan data selulernya. Ia harus mandi, nyuci terus masak. Perlu diketahui, kalau Syasa selalu membuatkan Bara sarapan. Sampai saat ini, sarapan itu tidak pernah disentuh sama sekali dan berujung ke tong sampah atau Syasa suka kasih ke kucing.

Hari itu, Syasa sudah janjian sama Veby. Adiknya mengambil off. Sebenarnya tidak diperbolehkan, cuma lagi Veby memohon kepada bosnya. Mereka akan menghabiskan waktu jalan-jalan di mall dan berbelanja pastinya. Ingin mengajak Meta namun ibunya tidak bisa karena arisan.

Jam setengah sembilan Veby sudah sampai di depan rumah Syasa. Ia berteriak memanggilkan Syasa.

"BENTARR.." Syasa mengucir sembarangan rambutnya karena barusaja ia keramas.

"Assalamualaikum kakakku sayang.." Veby mencium punggung tangan kanan Syasa lalu memeluknya. "rindu banget Veby, kak.."

"Kakak juga,"

Veby dipersilahkan masuk selagi Syasa bersiap-siap. Untuk menaruh curiga, Syasa bersiap-siap di kamar mandi. Ia beralasan kalau Bara sedang tidur dan tidak bisa diganggu.

Suara pintu terbuka membuat Veby menoleh ke belakang. Ia senyum kala melihat Bara barusaja keluar. "Assalamualaikum bang?" sapanya.

Bara mengucek kedua matanya, "Oh, iya waalaikumsalam." Jawabnya.

"Baru bangun ya bang?"

"Hmm.."

Veby cengengesan saja. Terlalu canggung memang karena Veby tidak akrab dengan abang iparnya itu. Waktu sekolah dulu, Veby tidak suka Bara karena cowok itu selalu mengejeknya tiap kali jumpa.

"Kak Syasa lagi di kamar mandi bang,"

Bara mengangguk saja. Ia mengambil segelas air putih lalu duduk di sofa bersama Veby.

SYASA (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang