Yok dibaca
Yok divote
Yok dikomentari
Yok bisa yok💪Hari sabtu. Hari libur bagi Syasa. Setelah penentuan judul skripsi dan dosen pembimbing, kini Syasa sibuk mencari informasi dimana perusahaan yang bisa menerima dirinya untuk melakukan riset penelitian. Target dalam minggu depan ia sudah melakukan riset dan memulai penelitiannya, Syasa tidak mau lagi menunda-nunda.
Gerimis turun pagi ini. Niatnya Syasa ingin ke rumah Muthia, namun urung karena cuaca tidak mendukung.
Hmmm
Syasa berjalan menuju kamar mandi. Kepalanya pusing karena tadi malam begadang mencari informasi tentang riset. Belum lagi sejak kemarin ia tidak makan besar, selera makannya hilang karena sibuk dengan tugas kuliah.
Kepalanya menggeleng melihat tumpukan piring dan baju kotornya di kamar mandi. "Ahh!" Begitu malas dirinya belakang ini. Biasanya, satu piring aja langsung ia cuci begitu pun dengan pakaiannya.
Syasa berjongkok di kamar mandi yang berukuran 1 x 1. Syasa berdecak saat sabun cuci piringnya ternyata habis. "Malas banget buat belanja." Syasa berdiri dan kepalanya pusing, syukur tangannya langsung berpegangan dengan tembok, kalau tidak, mungkin dirinya telah jatuh ke lantai.
"Kenapa kau ya?"
Syasa putuskan keluar dari kamar mandi dan membiarkan piring dan cucian disana. Ia akan kerjakan jika sudah membaik. Ya, badan Syasa tidak panas, tapi kepalanya pusing dan beberapa kali ingin mual tapi tidak muntah. Syasa menepuk perutnya. "Apa karena aku ngak makan kemarin makanya mual gini?"
Dia ke dapur dan memasak sebutir telur. Mungkin saja efek tidak makan kemarin makanya mual. Telur dan mie adalah makanan penolong bagi anak kost. Dulunya Syasa bersama Muthia memiliki stok dua bahan makanan itu disaat uang belanja mereka menipis.
Sangat mudah. Seceplok telur ditambah kecap dan nasi telah siap untuk dimakan. Syasa duduk di atas tempat tidur dan mulai memasukan makanan ke dalam mulutnya. Baru tiga suapan, perutnya ingin mual, Syasa bergegas ke kamar mandi dan memuntahkan makanan yang baru saja ia masukan.
Perutnya serasa kosong saat Syasa memuntahkan semuanya. Wajahnya memerah. Napasnya ngos-ngosan. Kepala Syasa pusing setelah muntah. Ia minum dan langsung merebahkan tubuh nya diatas tempat tidur.
"Huhhh..."
Perlahan matanya terpejam. Dalam hitungan detik, ponselnha berdering. Panggilan masuk dari nomor Veby.
"Hal--"
"Kak, tadi Bang Bara datang ke restauran. Dia nanya kakak ke Veby."
Syasa diam mendengarkan semua cerita Veby sambil tangan kanannya memijat kening.
"Kakak tau, Veby udah emosi liat dia. Malah dia bawa kawannya yang namanya Titan-Titan itu. Itu lagi, tuh kawannya juga ngebela si bajingan itu. Veby cukup-cukup sabar nahan emosi kak. Udah pengen ketampar aja tadi sama Veby. Cuma, Veby ingat pesan kakak aja."
"Intinya jangan kepancing dan jangan sampai keceplosan veb. Kakak mohon kali sama kamu,"
"Iya kak. Veby bakal tutup mulut soal itu. Kakak tenang aja."
"Hmm... "
"Kakak kenapa? Suaranya aneh, kakak sakit kah?"
"Ya veb. Kepala kakak pusing. Mungkin karena mondar-mandir ke kampus."
"Udah berobat kak? Coba ke klinik kak, biar di cek kakak kenapa?"
Kepala Syasa menggeleng. "Kakak ngak papa. Nanti beli obat di warung juga enakan kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
SYASA (SELESAI)
Romance18+ Nikah di jodohkan emang sudah biasa✔ Nikah tanpa cinta juga sering terjadi✔ Tapi bagi Syasa semua itu tidak diinginkan. Walau dijodohkan dan nikah tanpa cinta, bukan berarti pernikahan untuk status dan bercerai. "Aku menyerah," •••••••••••...