(29)

60 16 3
                                    

~~welcome back to Mai_son12 universe~~

-

-

-

-

-

Rin dan Amuro tiba di depan apartemen Rin tanpa ada gangguan sama sekali selama perjalanan. Setidaknya itu yang Rin waspadai semenjak tadi. Tentu saja gadis itu merasa lega karena tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkannya.

"Terimakasih banyak atas tumpangannya, Amuro-san. Anu...dan maaf soal tadi." ucap Rin.

"Maaf?"

"Itu yang tadi pagi. Aku...melakukan hal yang jelas-jelas sangat egois. Jadi, aku minta maaf. Anu... Azusa-san adalah temanmu kan? Jadi..."

"Hahahaha, aku mengerti kok! Kau pasti sangat bersemangat sekali ya dalam menyelidiki sebuah kasus?" ucap Amuro dengan tawa renyahnya.

Iyahhh aku bukan tipe yang seperti itu sih... Rin tersenyum mendengarnya. "Ahahahhaa... Tidak juga."

"Tapi...jika aku lihat dari bagaimana tingkahmu yang gegabah ketika kau akan menyelidiki kematian Azusa..." Amuro kemudian menatap Rin. "...apakah kau mengetahui sesuatu? Kau sudah mengetahui apa yang terjadi di Beika kan? Kau bilang kau hanya kebetulan pindah dari Fuyuki kesini karena urusan keluarga. Tapi, kurasa kau berbohong waktu itu..."

Apa yang dia katakan? Rin nampak kebingungan.

"Kau sengaja akan memeriksa mayat Azusa, tapi pada kenyataannya... Kau sudah mengetahui pelakunya bukan? Dan kau sedang mencari barang buktinya. Awalnya kukira kau adalah pelakunya..atau orang yang berhubungan dengan pelaku. Tapi, aku langsung menepis hal itu karena kau berani beraksi di depan Conan-kun. Anak itu...kepekaannya sangat tajam. Jadi, jika kau memang pelakunya, kau tidak akan sebodoh itu. Dan lagi, Conan-kun juga terlihat sudah mengetahui pelakunya..." Amuro menarik napasnya perlahan.

"...itu benar bukan, Tohsaka-san?" ada penekanan pada kalimat Amuro di akhir.

Rin yang masih terkejut mencoba menenangkan dirinya. Ia mencoba menjernihkan pikirannya. "Maaf, Amuro-san... Tapi aku tidak terlalu suka ditanyai hal seperti itu. Jika kau ingin mencurigaiku silakan saja. Terimakasih atas tumpangannya. Sampai jumpa." Rin segera keluar darisana.

Amuro tersenyum simpul mendengarnya. "Heee..."

"Dan, berhati-hatilah dalam perjalanan pulangmu malam ini. Jangan bertindak terlalu gegabah jika kau tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama." ucap Rin sebelum ia menutup pintu mobilnya dan memasuki apartemennya.

Tidak ada yang tahu apa yang ada di pikiran Amuro saat itu. Setelah memastikan Rin benar-benar masuk ke kamarnya, pria itu baru pergi darisana.

***

"Hhhh..." Rin langsung menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Pertanyaan-pertanyaan Amuro masih terlintas di benaknya membuat Rin bertanya-tanya siapa sebenarnya pria itu.

"Sikapnya seolah dia bisa melihat diriku yang sebenarnya. Atau mungkin itu hanya insting detektifnya saja? Cara deduksinya mirip sekali dengan Kudo-kun dan dapat aku simpulkan kalau dia bukan pelayan kafe biasa." ucap Rin. "...ah itu juga mengingatkanku pada Sera. Dia juga memiliki tipe yang sama dengan Kudo-kun dan Amuro-san. Selama disini aku dikelilingi oleh orang-orang yang pintar berdeduksi. Tapi tak satupun dari mereka yang bisa menebak dengan tepat pelaku dari pembunuhan ini.." Rin membangunkan tubuhnya.

"...yah mana mungkin mereka akan mampu menemukan pelakunya kalau mereka selalu mengesampingkan hal diluar logika mereka." Rin meregangkan tubuhnya. Hari ini adalah hari yang cukup melelahkan baginya. Padahal, niatnya ia akan bersantai selama hari Minggu.

"Kuharap Kudo-kun sudah menemukan jimat yang tepat..." ucapnya.

Kringg..!

Terdengar deringan suara telepon, Rin segera mengangkatnya.

"Halo..."

"Ah syukurlah, kau sudah di kamar."

"Azaka?"

"Aku sangat mengkhawatirkanmu. Kupikir kau kenapa-kenapa selama perjalanan tadi. Tapi kurasa mencemaskanmu adalah hal yang sia-sia."

Rin tersenyum mendengarnya. "Uhmm, tidak apa. Terimakasih sudah mencemaskanku. Mungkin aku memang bilang kalian tidak perlu mencemaskanku tadi, tapi sebenarnya aku cukup senang jika diperhatikan seperti itu."

"Rin memang Tsundere akut ya?!" terdengar suara Azaka meledek disana.

Rin terbelalak mendengarnya. "Bu, bukan seperti itu. Apa yang kau katakan, huh? A, aku sama sekali tidak seperti itu. Duh... Pokoknya berhentilah meledekku."

"Hahaha... Baiklah, baiklah. Aku akan berhenti. Tadi, aku mendengar suara mobil mendekati apartemen dan suaramu yang terdengar samar. Kau sedang bersama siapa?" pendengaran Azaka patut diacungi jempol, setidaknya itu yang Rin pikirkan.

"Amuro-san, itu lho pelayan kafe Poirot yang tadi pagi..." jawab Rin.

"Hee, dia mengantarmu pulang?" tanyanya.

"Uhm, itu benar."

"Baiklah kalau begitu. Lekaslah tidur. Besok kita akan mulai melakukan penyelidikan bukan? Hari ini jujur melelahkan sekali." ucap Azaka.

"Uhm, kau juga." Rin kemudian menutup teleponnya. "Hhh.... Sebaiknya aku tidak menceritakan kejadian yang aku alami sebelum bertemu dengan Amuro-san." keluhnya.

Kira-kira yang tadi itu apa ya? gumamnya.













Hay hayy kembali lagi bersama author mai_son...

Hmm gimana mulainya?


Gimana chapter kali ini? Biasa aja? Pasti sih... Nggak, nggak, ini luar biasa wkwkwkwk. Serius ini masih b aja chapternya yang tadi becanda!

Lanjut












Lupakan yang barusan











Amuro mulai curiga nih sama Rin, dan Rin beruntungnya bisa terbebas dari pertanyaan Amuro yang cukup menjebak itu. Bagaimana nasib Rin selanjutnya? Entahlah karena...







Chapter selanjutnya, Rin yang kembali bersekolah seperti biasa... Gak ada yang istimewa. Ah tapi... Lho? Eh? Kok? Hmm ada apa ini?


Tunggu aja minggu depan!





















Next Issue... 23 Desember 2021

Tales Of MagicianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang