~~welcome back to Mai_son12 universe~~
-
-
-
-
-
10 tahun yang lalu, Ayahku berkata padaku kalau aku bisa menjadi Magus yang hebat suatu hari nanti jika terus mengasah kemampuanku. Ayah berkata kalau aku memiliki kemampuan yang layak untuk mewarisi Permata Magecraft milik keluarga kami, Tohsaka, yang diajarkan oleh sang pemilik Second Magic, Kischur Zelretch Schweinorg. Ayahku juga berkata padaku bahwa aku harus bisa menjadi Magus yang berwibawa dan menjadi harapan bagi semua orang.
10 tahun yang lalu, Ayahku berjanji akan mengajarkanku sihir yang selama ini Ayahku simpan jauh mantranya dariku. Bilang bahwa aku masih terlalu kecil untuk menggunakannya. Tapi, beliau bilang bahwa, di ulang tahunku yang ke 8 nanti, Ayah akan mengajarinya.
10 tahun yang lalu, Ayah pergi untuk menjalankan sebuah ritual agung, Holy Grail War, yang dilaksanakan di kota Fuyuki. Pesertanya adalah 7 Magus ternama yang nantinya akan saling bertarung mati-matian demi menjadi seorang pemenang.
Holy Grail, Cawan Suci, adalah alat pengabul segala permohonan. Ritual agung Magus, dimana kami, Magus, menginginkan sesuatu hal yang tidak bisa dicapai oleh manusia. Dimana kami menginginkan sebuah kekuatan absolut. Menyentuh Root (Asal) dan kemudian menyatu dengan Tuhan. Atau bisa disebut menjadi Tuhan itu sendiri. Mengetahui tujuan dibentuknya saja sudah membuatku merasa kesal dan merasa itu adalah tindakan yang gila. Aku selalu merasa bahwa Magus adalah entitas tergila di Bumi yang bisa melakukan apa saja, bahkan merusak Bumi itu sendiri. Tapi, secara bersamaan, kami mampu melindungi Bumi dari kehancuran dan kepunahan yang tak diinginkan.
Oleh karena itu, banyak Magus yang menginginkan sebuah perdamaian dunia absolut dengan cara gila. Mengesampingkan keadilan demi perdamaian. Atau bahkan mengesampingkan adab demi tercapainya peradaban manusia yang kekal abadi.
Awalnya, aku tidak masalah dengan hal ini. Aku hanya merasa, itu adalah dunia kami, dan itu tidak ada urusannya denganku. Tapi....
Ayahku tewas terbunuh, oleh salah satu peserta Holy Grail War tersebut. Hingga kini, aku masih tidak tahu siapa yang membunuhnya. Terbunuh di ritual itu memanglah hal yang wajar, aku tahu itu. Tapi, siapakah yang akan menerima begitu saja kematian ayahnya?
Sejak saat itu, aku membenci dunia kami, dunia Magus. Tidak, aku tidak benar-benar membencinya. Aku hanya tidak suka bagaimana cara kerja kami yang suka menghalalkan segala cara demi tercapainya tujuan.
Ayahku tewas ditusuk oleh sesuatu, ibuku yang mengetahuinya kemudian dijebak oleh pelaku yang sama dan mendapatkan siksaan disana. Siksaan yang mempengaruhi mentalnya. Sejak saat itu, Ibu menjadi lumpuh kakinya, dan selalu berhalusinasi bahwa Ayah masih hidup bersama kami. Kasarnya, Ibuku menjadi gila.
Lalu, beberapa bulan setelahnya, Ibu menyusul Ayahku. Meninggalkan aku yang sendirian menatap makam keduanya. Menyerahkanku pada seorang Pastur gereja yang sangat aku benci selama hidupku. Aku bahkan curiga bahwa dia lah yang membunuh Ayahku. Dia merawatku dan menjadi waliku. Membiayai semua sekolahku dan mengurus segala keperluanku. Tapi, aku tidak terlalu bergantung dengannya karena aku bisa hidup sendiri. Aku tidak ingin hidup bergantung pada orang yang terlihat selalu menyembunyikan sesuatu yang licik. Dia juga merupakan sosok Magus yang ikut ritual saat itu.
10 tahun setelahnya aku juga mengikuti ritual agung tersebut. Hanya mengikuti, tanpa adanya keinginan apapun jika aku bisa menjadi pemenang. Aku hanya ingin mengikuti jejak Ayahku. Mungkin, bila saja aku menjadi pemenang, aku akan menginginkan agar ritual itu berakhir dan melenyapkan Cawan Suci tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tales Of Magician
FanfictionTohsaka Rin diperintahkan oleh Menara Jam tempat ia menuntut ilmu untuk menemukan dan menyelidiki keberadaan pemilik Forth Magic yang namanya sudah menghilang berpuluh-puluh tahun lamanya. Namun, karena akibat kesalahan informasi, membuat Rin harus...