Lampu oprasi pun mati, menandakan pelaksanaan oprasi telah selesai. Dokter pun keluar dari ruang oprasi tersebut.
"ok, gimana keadaan istri saya dok?" tanya Johnny yang khawatir bukan main.
"istri bapak bisa di selamatkan, namun bayi dalam kandungannya tidak bisa di selamatkan pak, mohon maaf" jawab dokter.
Johnny terkejut, di satu sisi dirinya senang karena Ten baik-baik saja, namun di satu sisi dirinya merasa sedih dan kehilangan sang anak yang sedang di kandung oleh Ten.
"bapak bisa segera menemui istrinya, saya permisi" ucap dokter sembari membungkuk hormat ke arah Johnny lalu pergi.
Melihat dokter pergi, Johnny pun akhirnya pergi ke kamar inap Ten.
Didalam kamar tersebut, terlihat Ten yang sudah sadar dan tengah membaca buku di bangsal rumah sakit.
Johnny menutup pintu kamar inap, lalu berjalan kearah Ten, "masih ada yang sakit?" tanyanya.
Ten menoleh sembari menggeleng pelan, "hanya ada beberapa luka yang masih perih" ucapnya.
Johnny mengangguk, lalu duduk di sebelah bangsal Ten sembari memegang tangan sang istri, "maaf membuatmu jadi tertabrak mobil, harusnya aku hati-hati saat itu" ucapnya.
Ten tersenyum, "tidak apa-apa kok, yang penting pangeranku selamat" ucapnya.
Johnny terkekeh pelan mendengar ucapan dari sang istri yang memanggilnya 'pangeran' .
"oh ya Johnny, kenapa perutku mengecil? Apakah bayinya sudah lahir?" tanya Ten sembari memegang perutnya yang sudah tidak besar lagi.
Johnny terdiam, pasti jika Ten mendengar bayinya telah meninggal akan membuatnya sakit hati.
Ten mengerutkan kening melihat Johnny yang wajahnya tiba-tiba menjadi murung sekaligus bingung, "Jo? Kok diem aja? Mana dd bayinyaa" ucapnua sembari menggoyang-goyangkan tangan Johnny.
Johnny menghela nafas, "Ten" panggilnya, tangannya bergerak memegang tangan Ten erat.
"hum?"
"bayi yang ada di sini, ga bisa di selamatin sama dokter" ucap Johnny sembari mengelus perut Ten.
Ten terdiam sejenak, "b-bayinya meninggal?" tanyanya.
Johnny mengangguk.
Ten menggelengkan kepalanya, "jangan bohong eung..pasti dia masih ada di ruang bayi kan?" tanyanya yang mulai panik.
"tidak Ten, bayi kita sudah tenang di alam sana" jawab Johnny.
"engga, kamu bohong, pasti ada di ruang bayi" ucap Ten sembari turun dari kasur sembari keluar kamar dengan membawa infusannya.
"TEN, TEN HEY MAU KEMANA" teriak Johnny sembari mengejar Ten.
Ten berlari sembari memegangi luka jaitannya yang masih basah, rasanya sakit memang tapi Ten masih ingin melihat bayinya di ruang bayi.
Sesampainya di ruang bayi, Ten pun mengintip dari kaca karena dirinya tak diizinkan masuk.
Dirinya tampak mencari namanya dan nama Johnny di setiap box bayi yang bejejer di ruangan tersebut.
"Ten" panggil Johnny sembari menghampiri Ten.
"apakah bayinya masih di mandikan? Kenapa tidak ada di ruang bayi? Apa kita harus pergi ke ruang pembandian bayi?" tanya Ten bertubi-tubi.
"Ten stop, bayi kita udah ga ada, udah meninggal" jawab Johnny yang berusaha meyakinkan Ten.
Ten menggelengkan kepalanya, "engga ga mungkin Jo, jangan bohong" ucapnya.