"Jo, bangun kamu ga takut telat?" tanya Ten.
Johnny membuka matanya, entah kenapa saat matanya terbuka kepalanya terasa sakit sekali.
"kok wajahmu pucat?" tanya Ten, tangannya bergerak memegang dahi milik sang suami, "astaga kamu panas Jo" ucapnya yang buru-buru keluar ingin mengambil kompresan.
"sini aja" ucap Johnny sembari menahan tangan Ten.
"aku cuma ambil kompresan sebentar, tunggu sini ya?" ucap Ten sembari keluar kamar untuk mengambil kompresan.
Selang beberapa menit, Ten datang membawa mangkuk berisi air hangat dan juga handuk kecil.
"kan aku bilang, kemarin jangan bawa motor di saat hari hujan, lihat siapa yang sakit sekarang?" omel Ten sembari mengompres dahi Johnny.
"ya aku tidak tau kalau hujan akan turun pada hari itu" ucap Johnny.
"melihatmu demam seperti ini, jadi mengingatkanku waktu dulu kamu terkena demam dan aku baru datang ke rumahmu pada saat itu" cerita Ten.
"saat kamu masih jadi kucing?" tanya Johnny.
Ten tersenyum sembari mengangguk, "waktu itu kamu belum lihat aku bisa berubah jadi manusia, terus kamu baru pulang kerja dan terkena demam" ucapnya sembari menoleh ke arah jendela.
"aku waktu itu panik, dan pas itu hari hujan, jadi aku menadangkan tanganku di rintik hujan lalu aku kompres dahimu dengan tanganku" lanjutnya sembari mempraktekkan ucapannya.
"benarkah?" tanya Johnny.
Ten mengangguk, "tapi waktu itu kamu kira yang mengobatimu itu Wendy, aku kesal mendengar itu" ucapnya sembari mempoutkan bibirnya.
Johnny terkekeh pelan sembari mencubit pipi Ten, "iya maaf aku tidak tau" ucapnya.
"MA MA MA"
BRAK !
"echan be-papa kenapa?" tanya Haechan.
"papa tepar" jawab Ten.
"papa sakit?" tanya Haechan sembari menghampiri sang ayah.
"iya, uang jajan udah ada?" tanya Johnny.
Haechan mengangguk, dirinya bergerak naik ke atas ranjang dan memeluk tubuh besar sang ayah, "papa jangan sakit" ucapnya sembari mempoutkan bibirnya.
Johnny tersenyum sembari mengelus rambut Haechan, "iya nanti juga sakitnya hilang kok" ucapnya.
"sana gih berangkat" ucap Ten.
"heung iyaa, papa cepet sembuh yaaa" ucap Haechan sembari mengecup pipi sang ayah.
"iya, belajar yang bener disana jangan nakal" ucap Johnny.
"ay ay kapten !" seru Haechan sembari turun dari ranjang kedua orangtuanya, "echan sekolah dulu dadaaah" ucapnya sembari berlari keluar kamar.
"hati-hati" ucap Ten.
"Haechan badan besar tapi kelakuannya masih seperti anak kecil" ucap Johnny.
Ten mengangguk, "dia bakal jadi bayi kecil kita selamanya" ucapnya.
"dery mana?" tanya Johnny.
"apa" jawab Hendery yang tiba-tiba berada di ambang pintu.
"kenapa santai sekali? Hey kamu ini udah hampir terlambat" omel Ten.
"masih lama maaa" ucap Hendery sembari menghampiri kedua orangtuanya, "dery sekolah dulu ya" ucapnya.
"hati-hati" ucap Ten.