Selamat Membaca
Daniel menatap sendu wajah tenang Alvino tangan nya tak berhenti mengecup punggung tangan Alvino yang terdapat beberapa luka lecet di sana. Bersyukurlah tak ada luka patah yang di alami adiknya hanya beberapa luka lecet saja. Tapi entah kenapa adik nya tak mau bangun.
"Prince kapan bangun hmm kakak kangen gendong kamu"
"Udah berapa hari kamu ngambek hm?? bentar kakak lupa"
Daniel menatap jam di dinding kamar Alvino berpikir sebentar. "Emm udah 3 hari 11 jam 42 menit 21 detik"
Daniel berganti mengecup pipi gembil adiknya. Luka di sana sudah memudar tapi terlihat pipi adiknya sedikit menirus.Ia rindu pipi gembul adiknya, rindu menggendong tubuh gempal adiknya. Rindu semua tentang Alvino Kavendra Clarence yang sayangnya sedang ingin istirahat panjang.
"Lama banget sih bobok nya?? kamu lagi main sama papa mama kamu ya prince?? nggak kasian sama kakak disini??"
Keseharian Daniel sejak vonis dokter untuk adiknya adalah mengajak Alvino berbicara apapun itu. Bercerita hal hal random seakan Alvino itu sadar dan berharap adik kesayangan nya itu mau menjawabnya walau satu kata saja. Alvino hanya ingin istirahat itu yang ia percaya. Lagipula adiknya itu penurut jadi tak mungkin ia mengingkari janji nya untuk tidak meninggalkan nya.
"Prince si Dino sama Vero katanya kangen di ajak main sama kamu loh?? kamu nggak mau naik kuda kudaan lagi sama mereka hmm?? "
"Oh iya, Prince kakak rencana mau pindah apart yang lebih besar biar kamu makin luas tempat main nya, menurut kamu kakak beli yang deket rumah kamu atau deket sekolah kamu aja?? "
Daniel berguman sendiri tak peduli jika ia terlihat seperti orang gila. Karena nyatanya ia hampir tak waras sejak adiknya memilih tidur panjang dan meninggalkan nya selama ini.
"Atau kalo kamu nggak mau kita renovasi apart kakak juga gapapa kok sesuka kamu aja kakak nurut sama prince nya kakak pokok nya"
"Nanti kalo prince mau kita ke apart kakak aja ehh harus mau pokoknya kalo ga nanti kakak nggak mau beliin kamu mie ayam kesukaan kamu"
Tak ada setetes air mata pun yang dapat keluar dari manik matanya. Ia lelah menangis lagipula adiknya tak akan bangun walau ia menangis sekencang apapun. Adiknya sedang berjuang jadi ia juga harus kuat untuk bisa menyemangati nya. Adiknya itu saja kuat menjalani semuanya sendiri tentu ia tak boleh kalah dari adik kecil nya itu.
Cklekk....
Pintu ruang rawat Alvino terbuka menampilkan wajah lelah Rafka yang masih mengenakan seragam nya. Tas nya tergantung di punggung tegap nya yang kini terlihat rapuh. Mata nya bahkan terlihat begitu sembab.
"Lo pulang aja biar gue yang jagain adek gue" Ketus Rafka tatapannya bahkan tak mau sekedar menoleh ke arah Daniel.
Daniel mendengus"Gue udah bilang gue nggak mau pulang terserah lo sama kakak lo kalo mau nungguin prince tapi satu, gue nggak akan pergi dan tetep disini "
Rafka menggeram kesal pasalnya Daniel itu keras kepala sekali. "Gue butuh waktu sama adek gue berdua"
"Gue bisa nunggu di luar tapi yang jelas gue nggak mau ninggalin tempat ini" Daniel menatap abai Rafka yang berjalan menuju sofa di belakang nya.
"Ck sialan" Decak Rafka kesal. Ia sudah lelah dari sekolah mengikuti beberapa ulangan agar bisa segera mungkin menemani Alvino tapi lagi lagi ia harus di uji oleh manusia seperti Daniel.
"Ucapin kata itu buat kakak yang udah bikin adek nya milih buat tidur panjang" Balas nya telak.
Rafka menghela nafas kasar,musuhnya itu memang tak sekali pun meninggalkan rumah sakit ini sejak Alvino di rawat. Masalah baju ganti ia sering melihat kedua teman nya sering mengantarkan baju untuk nya. Kalaupun pun pergi paling hanya ke kantin rumah sakit atau ke rooftop untuk nyebat. Alasan nya tak ingin Alvino bangun dan mencari nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Story (End)
Teen FictionNamanya Alvino anak bandel dengan segala kenakalannya dalam menghadapi ketiga kakak nya yang sifatnya saling bertolak belakang. Sagara si tempramen dan keras kepala. Dafka si tenang dan super jahil pada adiknya. Rafka si posesif dan penyayang. I...