79.Tentang Dua Kakak

4.5K 720 338
                                    

Selamat Membaca

Dafka menatap Rafka yang tertidur di bangku sebelah Alvino. Mungkin saja adik nya satu itu kelelahan setelah pulang sekolah dan langsung ke rumah sakit menunggu bungsu kesayangan mereka. Entah seperti nya Alvino terlalu nyaman dalam mimpinya. Atau mungkin saja adik nakal nya itu bertemu orang tua mereka kan.

"Kamu nggak kasian dek sama kita yang nungguin kamu?? " Dafka menatap penuh rindu wajah Alvino yang terlihat menirus. Pipi bulat yang biasanya menggembung penuh makanan kini tak ada lagi.

"Tuh lihat gege kamu, dia nangis terus kangen kamu dek"

"Bang Sagara bahkan nggak sanggup liat kamu kayak gini, jahil banget ya kamu sama kakak kakaknya"

"Nanti kalo kamu bangun kakak hukum kamu karena nakal"

Cklek....

Daniel memasuki ruang rawat Alvino perlahan."Prince gue masih bobok?? " Tanya nya melirik sekilas Alvino yang?masih terlelap.

Tampilan nya sudah lebih baik dari tadi. Ia tadi menyempatkan mencuci wajahnya nya dan meminum secangkir kopi agar tak tertidur saat menunggu prince kesayangan nya nanti. Baju nya sudah ia ganti dengan hoodie hitam polos yang di bawa kan oleh kedua teman nya tadi. Baju nya yang tadi sudah penuh asap rokok. Jika Alvino tau pasti adik nya itu akan marah marah dan mengomel lucu.

"Iya dia kebo banget tau" Canda Dafka.

Daniel mengangguk manik nya menatap musuhnya yang tertidur di samping ranjang Alvino. Padahal ia ingin berada di samping adiknya malam ini. Sama seperti sebelumnya. Ia ingin terus menggengam tangan gemuk Alvino. Ingin sekali seperti itu selamanya.

"Pindahin adek lo dari kursi gue" Titah Daniel.

Dafka mengernyit "Lo kalo ngantuk tidur aja di sofa gue bisa tidur di bawah nanti gue pasang karpet"

"Gue mau di sana lo paham kan?? gue nggak mau kalo prince bangun gue nggak ada" Decak nya.

"Ya gimana gue mindahin sih dia aja lebih gede dari gue"

"Seret aja atau jatuhin aja dari sana" Balas Daniel enteng.

Sungguh kaki nya sudah pegal ingin duduk tapi tempat kesukaan nya malah di tempati oleh manusia itu menyebalkan sekali . Seenaknya saja musuhnya itu menempati nya. Bagaimana kalau adiknya tiba tiba bangun lalu menangis mencarinya. Adiknya itu cuma bisa di sogok dengan mie ayam padahal kan Alvino sedang sakit. Mungkin jika Alvino sehat ia akan membelikan nya berapapun.

Dafka mendengus kesal. "Nggak gitu juga bambang bantuin kek gendong dia gitu gitu dia juga adek gue kasian dia capek seharian nggak istirahat"

Daniel memutar bola matanya. "Males, dosa dia banyak pasti berat udah jatohin aja atau lo mau gue yang jatuhin?? "

Dafka merengut tapi tetap melangkah maju mencoba mengangkat Rafka yang bahkan tak terganggu sama sekali.Ia meletakkan tangan kanan nya di leher belakang Rafka dan yang kiri berada di perpotongan lutut Rafka. Nihil sulit sekali Rafka itu terlalu berat bagaimana ia bisa memindahkan nya.

"Paduka Daniel bisa Anda membantu saya?? " Dafka menatap memelas ke arah Daniel yang menatap nya malas.

"Bodo, cepetan lo cowo bukan sih?? " Cibir Daniel.

Sweet Story (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang