Selamat membaca
Tangan kecilnya masih sibuk menghitung jumlah huruf yang ada di buku tulis nya entah lah ia begitu bosan sampai sampai bingung ingin melakukan apa.
Ingin bermain game di game di ponsel nya tapi ponsel nya di ambil paksa oleh titisan setan tadi atas suruhan abang nya itu.
" Alvino bosen ihh!!" Teriak nya kesal matanya memincing pada CCTV yang terpasang di pojok kamar nya kalau di tanya ulah siapa tentu saja abang nya yang menyebalkan itu.
Entahlah sudah berapa puluh kali ia mencoba menghacurkan CCTV di kamarnya tapi tak sampai hitungan hari benda sialan itu terpasang lagi di sana.
"Coba aja ada balkon di kamar ini Alvino pasti bisa kabur ishh emang tuh abang liat aja bang nanti aku mau cari agen tukar tambah pokoknya Alvino mau sama gege aja fix. " Gumam Alvino kesal.
Yang jadi pertanyaan nya di mana gege nya itu karna hanya dia yang bisa membantunya keluar dari sini.
Ya kali di teriak teriak dia tidak sebodoh itu bahkan mansion ini terlalu besar untuk dia berteriak disini dia masih sayang tenggorokan nya. Dan nyawanya tentu saja bisa di lempar dari lantai 4 dia nanti oleh abang nya itu.
"Gege~adek bosen. " Gumam nya kecil ia lalu merebahkan tubuh nya di lantai yang terasa dingin ditubuhnya bodo amat jika abang nya tau salahkan saja menghukum nya disini.
"Nanti kalo Alvino udah kaya Alvino mau buang tuh abang ke panti jompo terus kak dafka emmm.... jadi pembantu kek nya bagus deh kalau gege nanti sama aku. Pinter emang kamu Al. " kekeh nya.
"Huftt..." ia menghela nafas pelan mata nya mulai memejam entah mungkin efek sejuk dari lantai yang ia tiduri. Dan kini anak itu benar benar pergi ke alam mimpi.
Cklek...
Rafka membuka pelan pintu kamar adik nya dengan kunci yang berhasil ia ambil dari abang nya tadi. Walaupun harus berdebat terlebih dahulu bersyukur lah ia dapat membujuk abang nya itu.
Matanya menatap teduh pemandangan di depannya Alvino kini sedang tertidur di lantai kamar nya.
Terlampau hafal dengan kebiasaan sang adik yang suka berbaring di lantai padahal sudah sering ia dan bang sagara marahi bukan apa tapi adiknya yang satu ini tak tahan dingin sebenarnya.
Tangan nya terulur membawa tubuh yang lebih kecil darinya ke kasurnya. meletakkannya dengan perlahan tak ingin menganggu tidur kelinci liar nya ini.
"Ck dasar kelinci gendut" celotehnya setelah selesai memindahkan adiknya. tangannya mengusap lembut pipi gembul Alvino.
"Eunghhh." Alvino melenguh pelan saat ada seseorang yang menganggu nya. Sontak Rafka kembali membawa tubuh kecil ke dekapannya tangannya mengusak rambutnya pelan.
"Abang keluarin Alvino~"Rengek nya lirih
"Stt iya bobok lagi ya. " Kata Rafka pelan.
Lihat kan entah seberapa sering adiknya dan abang nya bertengkar tapi tetap saja anak ini begitu menyayangi abang nya di dalam hatinya.
Mata Rafka masih setia memandangi wajah tenang adiknya. Saat tidur begini wajah nya begitu ikut tapi jangan tanya jika bangun rasanya mulut adiknya itu tak pernah berhenti bicara.
Tapi ia senang karena itu artinya adiknya bahagia kan?? walaupun tanpa ada nya sosok orang tua di kehidupan mereka.
Sang mama sudah lebih dulu menghadap sang kuasa saat ia baru berusia tepat 2 tahun. Mamanya meninggal setelah melahirkan adiknya karena pendarahan hebat.
Namun tak pernah sedikitpun terlintas di pikiranya untuk membenci sang adik karena baginya sang adik adalah peninggalan terindah mama nya, mamanya bertaruh nyawa untuk melahirkan adik nya bukan kah itu berarti mamanya begitu ingin Alvino kecil lahir??
"ma, mama yang tenang disana ya adek baik baik aja kok sama aku, aku bakalan jaga adek terus" Batin Rafka sambil memejamkan matanya.
Ia mencoba mengingat wajah mama walaupun itu dari foto yang ia simpan. Bahkan ia juga tidak ingat seperti apa wajah mama nya saat itu yang dia ingat mama nya begitu cantik.
"Ge... "
"Gege....! " Panggil Alvino saat dirasa sang gege masih asik melamun.
" Hiksss gege~~" Isakan kecil mulai keluar dari bibir nya.
Rafka yang mendengar itu sontak menoleh ke arah adik nya yang ternyata sudah terbangun.
"Ei bayi gege kenapa hm?? " Tanya Rafka lembut tangannya menangkup kedua pipi sang adik.
"Gege nggak sayang adek lagi hikss.. " rajuk nya.
"Hei mana ada kan adek kesayangan nya gege hm. " Bujuk rafka repot memang kalau sang adik sudah menangis.
Ia lalu menarik tubuh kecil itu ke pangkuannya lalu mulai mengusap punggung kecil itu dengan lembut.
"Terus kenapa gege nggak jawab adek. " Tanya Alvino matanya sibuk memandang mata tajam sang gege
"Gege tadi lagi mikir in tugas gege. " Tangan rafka sengaja menarik kecil hidung bangir sang adik hingga suara rajukan adiknya terdengar.
Rafka tertawa keras setelah nya adiknya ini memang lucu sekali.
" Gege!!! " Kesal Alvino lalu mencubit pinggang Rafka.
" Iya iya udah maaf aduh... dek... "
"Sukurin salah siapa narik narik hidung adek kalo adek jadi pinokio gimana coba. " Alvino merengut kesal.
"Iya deh maaf ya, hmm gimana kalo kita makan aja kamu belum makan kan tadi hm?? " Tanya Rafka lembut yang di jawab dengan gelengan Alvino.
"Tapi gendong adek capek"rengek bocah itu.
"iya sini"
Grepp
Lengan kokoh itu menahan bobot sang adik yang kini ada di gendongan koala nya. Lalu keluar menuju lift di depan kamar adiknya untuk turun ke lantai dasar.
Tbc
Terimakasih sudah membaca jangan lupa vote comment dan follow maaf kalau ada typo☺
Terimakasih juga untuk kak @alvianaNana
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Story (End)
Teen FictionNamanya Alvino anak bandel dengan segala kenakalannya dalam menghadapi ketiga kakak nya yang sifatnya saling bertolak belakang. Sagara si tempramen dan keras kepala. Dafka si tenang dan super jahil pada adiknya. Rafka si posesif dan penyayang. I...