20.Hilang

5.9K 567 64
                                    

Selamat Membaca

Suasana di ruangan ini begitu mencekam dan ini semua karena aura hitam yang di keluarkan oleh pimpinan kantor ini.

Siapa lagi kalau bukan Sagara. Bahkan mereka menunduk takut tak berani menatap mata tajam Sagara. Tampak sekali Sagara begitu marah.

Bahkan mereka semua masih tak tau kenapa mereka di kumpulan di ruangan ini.

"Apa saya pernah mengajari kalian bertindak lancang pada keluarga Kavendra??" Tanyanya dingin.

Mereka semua diam tak ada yang berani menjawab.

"JAWAB!!"Bentak Sagara pada akhirnya.

" Tidak"Jawab mereka pelan.

"Bagus lalu apa maksud sikap kalian tadi?? " Tanya nya datar.

Sekarang mereka paham maksud atasan mereka ini apalagi melihat sikap mereka pada adik atasan mereka tadi.

"Kalian bertiga, kesini" Tunjuk Sagara pada tiga orang yang tadi pagi berani menghina bungsu Kavendra.

Ia memang belum bisa menerima alvino tapi bukan berati mereka yang bukan siapapun bisa menghina bungsu keluarga mereka.

Ia sengaja memanggil semua bawahan nya agar tau apa yang boleh dan tidak boleh mereka lakukan.
"Cepat!!"Katanya keras saat ketiga orang tadi diam saja.

Ketiga wanita itu tampak menunduk saat berada di depan Sagara. Mereka paham atasan mereka ini bahkan tak segan segan melakukan apapun kepada orang yang salah walupun orang itu wanita.

Sagara tampak menyeringai saat tau mereka takut ia lalu merogoh saku nya dan melemparkan tiga amplop coklat di depan mereka.

"Kalian di pecat" Tukas nya dingin.

"Ta.. tapi tuan kami... " "Cukup" Potong Sagara.

"Cukup angkat kaki dari sini sebelum saya membuat kalian lebih menyesal" Lanjutnya.

Tak ada pilihan lain mereka memilih berjalan keluar sebelum iblis di dalam diri atasan mereka lebih marah.

"Kalian dengar!!! "

"Ini terakhir kalinya ada dari salah satu dari kalian berlaku tidak sopan terhadap adik saya jika kalian berani melakukan hal ini lagi jangan harap hidup kalian bisa tenang!! " Kata Sagara keras.

Sungguh ia emosi tak ada yang boleh menghina adik adik nya siapa pun itu. Mereka bukan siapapun di mata nya bahkan hanya satu jentikan jari saja ia bisa membuat hidup mereka menderita.

Ia sudah menahan emosi nya sejak mendengar cibiran mereka tadi. Ia tak ingin memperlihatkan emosi nya di depan adik nya.Apalagi kata Rafka tadi bungsu mereka sedang rewel.

◾◾◾◾

Alvino mengerjapkan mata nya pelan lalu mencoba mendudukkan tubuhnya di sofa yang di tidurinya.Ia menoleh ke sekitar ruangan abangnya.

"Abang kemana?? apa adek di tinggal ya?? " Gumam Alvino.

Tapi ia teringat sesuatu lalu dengan segera ia meraih ponsel di meja samping nya. Mencari kontak seseorang di sana.

Sweet Story (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang