81.Akhir Penantian

4.8K 788 333
                                    

Selamat Membaca


"Gimana keadaan adek saya?? " Tanya Dafka terburu saat dokter Erlangga terlihat keluar dari ruangan Alvino.

Dokter itu terdiam dengan raut yang kentara lelah namun tetap tersenyum paksa untuk menenangkan keluarga kavendra itu. "Keadaan tuan muda kembali stabil walau tadi jantung nya sempat melemah, untuk sekarang kita hanya bisa berdoa yang terbaik untuk nya"

Sagara terdiam masih menenangkan Rafka yang berada di pelukannya. Ia paham sekali adiknya yang kelewat mandiri ini begitu hancur apalagi setelah apa yang ia lakukan pada bungsu kesayangan nya itu. Di sini ia tak bisa sepenuhnya menyalahkan Rafka karena sesungguhnya semua ini berawal darinya. Andai saja ia tak begitu mudah tersulut emosi saat tau Alvino berteman dengan berandalan.

"Semua bakal baik baik aja Rafka" Ucap Sagara berbisik pelan. Walau sejujurnya hatinya begitu kalut melihat kondisi Alvino yang tiba tiba menurun seperti tadi.

"Saya permisi jika ada apa apa tuan bisa menekan bel di atas brankar tuan kecil" Pamit dokter Erlangga. Kemudian kaki nya melangkah meninggalkan ke empat nya. Ia ingin memberikan waktu untuk keluarga kavendra tentu saja.

Begitu dokter itu pergi Daniel segera berlari memasuki ruangan Alvino dengan tergesa. Menghampiri tubuh lemah adik nya yang masih terlelap tenang. Lelap yang begitu menakutkan hingga ia ingin menyusulnya saja daripada merasa kesakitan sendiri.

"Prince.... " Kecupan berkali kali ia berikan di kening Alvino. Merasa lega karena adiknya masih mau bertahan untuk nya. Sungguh ia menyesal meninggalkan adiknya tadi. Harusnya ia tau adiknya itu tak suka ditinggal lama lama dan bodohnya ia malah meninggalkan nya tadi.

"Maaf.... maaf kakak ninggalin kamu... kakak janji nggak akan gitu lagi... tapi kamu jangan bikin kakak ketakutan kayak tadi ya prince, jangan nakal... kakak nanti marah kalo kamu gitu lagi..." Daniel mencium penuh rindu punggung tangan Alvino.

Sagara dan Rafka berjalan memasuki ruangan Alvino disusul Dafka di belakang nya. Raut ketiga nya bahkan sudah kacau. Apalagi Rafka rasanya jantung nya seakan berhenti berdetak saat mendengar nyaring suara elektrokardiogram milik adiknya tadi. Tubuh Alvino tadi bahkan mengalami kejang beberapa kali. Adiknya sungguh tak apa kan??

Rafka berjalan menghampiri ranjang Alvino. "Adek... kenapa?? adek marah ya ke gege karena gege sering nyakitin kamu sayang??"

Tangan nya mengusap lembut surai adiknya nya. Ia ingat betul beberapa kali ia menarik surai adiknya ini hanya karena kesal. Menyuruh adiknya masuk ke kolam renang padahal ia hafal betul Alvino tak pandai berenang. Seolah ia memaksa adiknya menyerahkan nyawanya kan??

"Gege janji kalo kamu bangun gege bakal lakuin apapun buat kamu, gege janji sayang.... "

🍪 🍪 🍪

Daniel melirik sekilas Rafka yang duduk terdiam di sofa belakang nya. Netra yang biasanya penuh keangkuhan itu berubah menjadi sorot yang begitu menyedihkan. Penampilan nya yang biasanya begitu rapi entah hilang kemana. Ia paham betul musuh nya itu kacau. Sama seperti dirinya.

"Lo ga sekolah?? " Tanya Daniel basa basi tangannya kembali memainkan jari Alvino acak.

Rafka mendongak menatap Daniel yang membelakangi nya. Ia tersenyum miris. "Pergi ke sekolah saat kondisi adek kesayangan gue kayak gini?? "

Sweet Story (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang