Selamat Membaca
Dafka masih sibuk menenangkan adiknya kini terisak kencang di pelukan nya. Tadi saat ia sedang memikirkan cara untuk membebaskan adiknya ,dengan tiba tiba ia dikejutkan dengan adiknya memasuki kamar nya dan langsung memeluknya kencang. Ia tak paham apa yang terjadi namun hati nya mengatakan ini bukan hal yang baik.
"Sstt kenapa dek sini cerita dulu" Bujuk Dafka mencoba melepaskan pelukan mereka.
Ia sebenarnya khawatir dengan kondisi adiknya apalagi mengingat tadi adiknya tampak masih di infus di kamar Rafka dan sekarang tiba tiba saja berada di sini. Dengan tangan nya yang mengeluarkan darah karena infusnya yang di lepas asal.
"Takut... hikss... uhukk.... kak... " Alvino mengeratkan pelukannya.
Ia tak mau, tak mau begini ia tak bermaksud membuat gege nya mengambilnya keputusannya seperti tadi. Ia memang ingin bebas namun bukan dengan cara seperti ini. Rasa takut menyergap dada nya hingga rasanya begitu sesak.
"Sini cerita yuk" Dafka melepaskan pelukan mereka.
Bukan apa ia hanya ingin tau apa yang membuat adiknya sekacau ini. Apa yang sudah di katakan oleh Rafka pada bocah nakal ini.
Alvino menatap Dafka dengan mata sembab nya wajahnya bahkan masih pucat dengan pipi yang begitu basah.
"Gege... hikss...gege benci ad... adek hikss... " Alvino memcoba mengusap kasar air mata nya yang tak mau berhenti keluar.
Dafka tertegun"Nggak mungkin dek,gege kamu itu kan sayang banget sama kamu, Rafka peduli banget kok sama kamu"
"Ta... tapi tadi hikss... gege bilang ad... adek bebas mulai hiksss.... sekarang... " Sangkal Alvino.
"Rafka lagi kesel ada dek percaya deh sama kakak,nanti biar kakak yang bilangin ke Rafka ya" Dafka sebenarnya tak yakin dengan ucapannya namun daripada ia melihat adiknya terus menangis kan??
"Sekarang kamu makan aja ya, biar kakak ambilin makan sekalian obatin tangan kamu oke"
Alvino mengangguk pelan tak dapat dipungkiri ia juga lapar sebenarnya. Apalagi memgingat ia hanya memakan satu suapan bubur tadi. Itu saja dengan paksaan dari gege nya.
"Udah dong jangan nangis terus,nanti kalo kamu nangis terus kamu jadi nggak gendut lagi"Goda Dafka.
Alvino mengerucutkan bibir nya. "Adek nggak gendut!!hikss..."
Dafka terkekeh jika adiknya sudah bisa marah marah seperti ini. Jujur ia juga rindu dengan adiknya yang cerewet dan nakal walau ia sering di nistakan adiknya tapi itu lebih baik daripada adiknya harus murung terus seperti tadi kan??
"Nggak gendut Al cuma bulet aja ya" Goda Dafka lagi.
Bugg.....
Satu lemparan bantal mendarat dengan mulus ke kepala Dafka. Dafka langsung meringis sakit.Sedangkan si pelaku hanya memasang wajah polos sambil mengusap air matanya.
"Setan lo Al" Gumam Dafka kesal.
"Cepet hikss...laper... tadi hikss... gege...malah banting mangkuk hikss... pas adek... nggak mau hukss... makan... "
Dafka seketika terdiam tak menyangka juga jika Rafka keterlaluan seperti itu pada adik mereka. Padahal ia tahu betul adik nya itu trauma dengan pecahan kaca. Bahkan jika di perhatian lagi ia sekilas melihat bekas lebam di lengan kiri Alvino hanya saja tak begitu terlihat karena adiknya di pakaikan baju lengan panjang oleh Rafka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Story (End)
Teen FictionNamanya Alvino anak bandel dengan segala kenakalannya dalam menghadapi ketiga kakak nya yang sifatnya saling bertolak belakang. Sagara si tempramen dan keras kepala. Dafka si tenang dan super jahil pada adiknya. Rafka si posesif dan penyayang. I...