84.Dua Jiwa

4.1K 633 178
                                    

Selamat Membaca

Sudah hampir tiga hari ini Alvino berada di apartemen Daniel. Bocah itu terlihat enggan saat ditanyai kapan pulang oleh Daniel. Tidak  bukan Daniel tak senang bocah gembul dengan mata bulat itu di apartemen nya. Jujur ia malah senang adiknya nyaman di apartemen barunya.

Tapi ia juga ingin agar adiknya segera pulih, bukan dalam konteks fisik namun psikis. Alvino sekarang tampak lebih tertutup dengan orang luar. Dan yang ia lihat adiknya ini semakin takut dengan bentakan atau bahkan kata kata yang sedikit kencang sekalipun.

Bahkan pernah saat mereka menonton film, Alvino tampak begitu ketakutan dan tubuh gemetaran hebat saat Alvino mendengar suara pemeran film nya yang berteriak. Dari sini ia paham adiknya tak akan sama lagi seperti dulu.

"Prince mau jalan jalan keluar nggak?? " Tanya Daniel lembut pada Alvino yang masih anteng duduk membelakangi nya di pangkuan nya sembari bermain game.

Alvino menoleh kebelakang sekilas lalu merengut. "Ihh prince kan udah bilang nggak mau keluar prince mau di apart aja"

Daniel mengusap pipi gembul kesukaan nya itu penuh sayang. "Atau kamu kangen sama sekolah nggak??"

"Engga ihh!! prince mau di sini, kalo kalo kakak bosen ya udah sana pergi sendiri. Bilang aja nggak mau nemenin prince kan!!"

Daniel menghela nafas kasar semenjak adiknya ini pulang dari rumah sakit adiknya jadi lebih sensitif memang.

"Nggak bosen emang hmm?? " Tanya Daniel sabar.

Alvino yang mendengar nya langsung turun dari pangkuan Daniel. Matanya sudah berkaca kaca menatap kesal ke arah Daniel. Tangan gempal nya meremat ponsel Daniel dan melemparnya begitu saja ke karpet bulu di bawah sofa nya di duduki Daniel.

"Kakak sama aja nggak pernah ngertiin aku hikss!! "

Setelah mengucap kan kalimat tadi ia langsung berlari meninggalkan Daniel. Menaiki tangga ke kamar nya dan langsung masuk tak peduli panggilan Daniel. Ia sedang kesal tentu saja kenapa tak ada yang mengerti dirinya sama sekali.

Sesampainya di kamar nya ia menelungkup tubuhnya ke ranjang. Menenggelamkan wajahnya ke boneka wortel pemberian Daniel. Kemudian yang terdengar hanya suara isakan samar samar.

"Adek kesel... kenapa pada nggak suka sama adek hikkss.... mama.... "

Ucapannya teredam ia sendiri juga tak paham kenapa ia jadi seperti ini. Sungguh ia tak pernah berniat berkata kasar seperti tadi pada kakak galaknya. Tapi hati nya tiba tiba sakit saat kakak galak menanyakan nya untuk keluar. Ia kesal, ia sedih kenapa seolah kakak nya itu ingin mengusirnya.

Apa se mengganggu itu dirinya di kehidupan semua orang. Apa dunia memang tak pernah mengharapkan dirinya ada??

Tangisannya semakin kencang terdengar nafasnya bahkan semakin tersenggal. Ia marah, marah pada dirinya sendiri kenapa bisa selemah ini.

Tak lama Daniel menyusul Alvino rautnya berubah sendu saat mendengar suara isakan menyakitkan Alvino. Ia melangkah kan kakinya menghampiri adik semata wayang nya. mendudukan dirinya tepat di sebelah tubuh bergetar Alvino.

"Prince... " Panggil Daniel pelan pelan.

Alvino masih terisak pelan "Sstt prince dengerin ya, kakak bukan maksud mau minta kamu pergi enggak bukan gitu prince.... "

"Prince itu kesayangan nya kakak, kebanggaan nya kakak, semesta nya prince percaya sama kakak kalo kakak berani nyuruh kamu pergi kamu bisa bunuh kakak, pegang janji kakak prince"

"Jangan nangis ya anak pinter"

Alvino terdiam mencoba menghentikan tangisnya. Bahkan rasa sesalnya semakin dalam saat mendengar kata kata dari kakak galaknya. Dan itu membuatnya semakin membenci dirinya sendiri.

Sweet Story (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang