33.Memperbaiki Hubungan(1)

4.8K 561 139
                                    

Selamat Membaca

Sagara berjalan memasuki mansion dengan pelan. Kondisi mansion sepi mungkin para penghuni nya sudah tertidur mengingat ini sudah hampir tengah malam. Hanya beberapa pengawal yang tampak berjaga.

Setelah banyak berpikir ia memutuskan untuk pulang. Jujur saja ia rindu adik adiknya terutama si bungsu. Ingin rasanya menghabiskan waktu dengan ketiga adiknya.

"Andai semudah itu lupain semua, tapi wajah alvino terlalu mirip sama mama" Gumam sagara pelan.

Mata bulat jernih adiknya, surai hitam nya yang lembut, kulit nya yang bersih dan senyum anak itu sangat mirip dengan mama nya.

Ia berjalan memasuki lift menuju lantai 2 tempat kamar adik adiknya berada.Sampai di atas ia berjalan menuju ruangan berpintu jati paling ujung.

Cklek

Pintu terbuka dan dapat Sagara lihat adik pertama nya sedang tertidur dengan kaki di bantal dan kepala di ujung ranjang. Dafka terlalu barbar jika tidur.

Sagara berdecak pelan lalu membenahi selimut Dafka yang sudah jatuh ke lantai. "Dasar buaya" Gumam Sagara pelan.

Ia tak bodoh untuk tak tau kelakuan Dafka di luar sana apalagi mengingat ia sering memergoki Dafka yang sering berkencan dengan banyak wanita.

Tapi baginya tak masalah toh nanti jika Dafka sudah lelah ia akan berhenti sendiri. Jadi ia tak masalah dengan itu. Sagara lalu memilih beranjak dari kamar Dafka setelah sebelum nya mengacak rambut adiknya pelan.

Sagara berjalan ke kamar samping kamar Dafka. Dan saat ia membuka kamar yang di dominasi warna hitam itu ia dapat melihat Rafka yang tertidur menyamping.

"Abang tau kamu benci abang tapi, makasih udah lebih dewasa Raf" Gumam Sagara pelan tangan nya mengusap pelan surai Rafka.

Ia akui memang ia tak lebih dewasa dari Dafka maupun Rafka. Emosi nya tak terkontrol ia sadar karena itu ia jarang berada di mansion. Ia terlalu takut lepas kendali dan malah menyakiti ketiganya.

Sagara menghela nafas pelan sebelum berjalan keluar dari kamar Rafka. Langkah nya kini terhenti di kamar besar di depan kamar Dafka dan Rafka.

Ia menatap daun pintu itu lama. Ingin rasanya ia masuk namun ia ragu apa ia masih sanggup bertemu adiknya itu setelah pertengkaran terakhir mereka.

Lama ia berdiam di depan kamar Alvino sampai akhirnya ia memilih memilih masuk. Tak tahan dengan rasa rindu nya dengan bungsu kesayangan Rafka itu.

Senyum yang jarang muncul itu terlihat di bibir nya. Alvino tampak tertidur dengan tengkurap tak beda dengan dafka.Pasti tak nyaman pikir Sagara.

Sagara lalu memilih berjalan pelan menuju ranjang Alvino. Dan dengan penuh hati hati ia membenarkan posisi tidur adiknya agar dada nya tak sesak.

Tangan besar nya mengusap pipi tembam adiknya dengan lembut netra nya tak lepas dari wajah manis adiknya. "Dasar kelinci".Gumamnya lembut.

"Maafin abang yang cuma bisa bikin kamu sakit hati dek" Lirih Sagara.

"Abang pengen deket sama kamu tapi abang nggak seberani itu"

Sweet Story (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang