Enam Belas

202 35 1
                                        

Zweitson tiba dirumahnya dan menemukan sesosok laki laki duduk diruang tamu. Zweitson berjalan begitu saja masuk kedalam kamarnya tanpa menegur laki laki tersebut.

"Oh jadi begini ya sikap kamu sama papa. " ucap Satya

"Terus papa maunya Zweitson kayak gimana? " tanya Zweitson menahan amarahnya

"Kamu hargai papa dong. "

"Papa mau Zweitson hargai? Papa sendiri aja gak bisa hargai Zweitson pa. " ucap Zweitson

"Kamu mulai berani lawan papa hah!" bentak Satya memukul Zweitson

"Pukul Zweitson pa! Pukul yang banyak! " ucap Zweitson

"Kamu jadi anak gak tau diuntung, bisanya ngelawan orang tua terus. " ucap Satya memukul Zweitson diseluruh tubuhnya

Arsya yang mendengar suara keributan dari ruang tamu berlari menuju ruang tamu dan sangat terkejut melihat Zweitson dengan penuh memar.

"Berhenti..." teriak Arsya

"Siapa kamu! Kok bisa ada di rumah saya. "

"Om jangan pukul Zweitson lagi. " ucap Arsya

"Gak usah ikut campur kamu. " ucap Satya menampar Arsya

Zweitson begitu geram melihat Arsya ikutan terluka, dia tidak terima Arsya disakiti oleh papanya, baginya cukup dirinya saja yang terluka.

"Cukup pa! Apa perlu papa kasar sama cewek pa! Pantes aja mama meninggal pa, ini semua karna ulah papa! " bentak Zweitson

"Kamu jangan sok tau, sekarang kamu masuk kamar. "

"Lebih baik anda yang pergi. " usir Zweitson

"Kamu jangan kurang ajar sama papa Zweitson. "

"Ini rumah aku pa, aku beli pakai uang hasil kerja kerasku. Papa gak ada hak atas rumah ini, jadi silahkan papa pergi!" ketus Zweitson

"Dasar anak durhaka kamu. " ucap Satya pergi keluar dari rumah Zweitson

Tubuh Zweitson sangatlah lemah, dirinya pun pingsan karna tak kuat lagi menahan tubuhnya. Arsya yang melihat Zweitson pingsan langsung menggendong Zweitson menuju kamarnya.

Arsya menunggu Zweitson dengan penuh kecemasan, dia masih tak menyangka selama ini Zweitson memiliki masalah seberat itu.

Waktu menunjukan pukul sembilan malam, perlahan Zweitson membuka matanya dan menemukan Arsya yang tertidur disamping tempat tidurnya. Perlahan Zweitson mengangkat tangannya dan mengusap rambut Arsya.

"Zweitson, akhirnya lo sadar juga. " ucap Arsya

"Coba gua lihat pipi lo. " ucap Zweitson memegang pipi Arsya

"Gua gak apa apa kok, harusnya yang dikhawatirin tuh kondisi lo. " ucap Zweitson

"Gua baik baik aja kok. " ucap Zweitson

"Bohong! Lo jangan berbicara seolah semuanya baik baik aja. " ucap Arsya

"Gua emang baik baik aja Sya. " ucap Zweitson

"Lo gak tau apa gua khawatir banget sama lo. " ucap Arsya

"Berlebihan banget lo. "

"Dasar ya lo, sakit sakit masih nyebelin aja. "
"Coba gua cek luka lo dulu ya. " ucap Arsya mengecek kondisi Zweitson

"Awww Sya pelan pelan, sakit tau. " ucap Zweitson

"Son, tangan lo. "

"Tangan gua kenapa Sya? "

TRUE LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang