Tiga Puluh Empat

182 33 0
                                    

Arsya terdiam didalam kamarnya, Zweitson yang khawatir akan kondisi Arsya mengintip dari celah pintu dan melihat Arsya yang sedang menulis sambil menangis.

"Sya... "

"Eh Son." ucap Arsya dengan cepat menghapus air matanya

"Gak usah dihapus."

"Gua jelek kalau lagi nangis. "

"Kata siapa? Wajar aja kali kalau kita nangis. "

"Iya sih. "

"Lo nangis kenapa? "

"Gua baru aja kehilangan seseorang Son. "

"Lo yang sabar ya, pasti sekarang dia udah tenang disana. "

"Makasih ya. "

"Udah malam nih, makan dulu yuk. "

"Tumbenan lo nyuruh gua makan sampe nyamperin gua kayak gini. "

"Ya gua khawatir aja lo gak keluar keluar kamar. "

"Gua perhatiin kok kayaknya makin lama lo perhatian banget ya sama gua."

"Emangnya salah apa gua perhatian sama lo. "

"Aneh sih kalau menurut gua."

"Terserah lo aja, kalau gak mau makan ya sudah. "

"Eh Son tunggu. "

****

Terlihat seseorang menatap ponselnya lalu menelpon orang lain.

"Gua mau malam ini foto itu dicetak dan disebar luas. "

Keesokan harinya Zweitson dan Arsya tampak kebingungan karna orang orang menatap keduanya dengan tatapan aneh.

"Son itu kenapa pada ngeliatin kita?"

"Gak tau Sya gua bingung. "

"Zweitson, Arsya. " panggil Riska

"Sya, jalan aja yuk. " ajak Zweitson

"Eh tapi itu Riska manggil. " ucap Arsya

"Gak penting. "

"Zweitson, Arsya tunggu. " ucap Riska

"Apaan sih Ris, gua mau ke kelas nih." ketus Zweitson

"Itu di mading, kalian berdua lagi jadi pembicaraan orang orang. " ucap Riska

Dengan cepat Zweitson menarik Arsya ke mading kampus. Disana sekerumunan orang sudah memadati mading. Zweitson tampak terkejut melihat berita tentang dirinya dimading.

"Apa apaan ini. " ucap Zweitson mencabut semua foto yang tertempel

"Wah gak nyangka ya ternyata selama ini Zweitson cowok yang gak benar. "

"Bisa bisanya dia tinggal serumah sama cewek. "

"Ceweknya juga kegenitan banget. "

"Malas ah, udah gak respek sama Zweitson. "

"Artis kok kayak gitu. "

Arsya terdiam, dia tak dapat berkata apa apa. Dia merasa sangat bersalah karna telah menghancurkan karir Zweitson. Tak lama kemudian Fajri, Fiki dan Shandy datang menghampiri Zweitson.

TRUE LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang