Sembilan

224 40 0
                                    

"Udah ih lepasin. " ucap Arsya

"Udah dibantuin juga, makasih kek. " ucap Zweitson

"Emang gua minta tolong lo. Gua bisa kok ngadepin sendiri. " ucap Arsya

"Udah ya, intinya lo jangan pernah berurusan sama mereka semua. " ucap Zweitson

"Kenapa?"

"Ya pokoknya jangan sampe berurusan. " ucap Zweitson

"Ih aneh, itu gak menjawab pertanyaan gua tau. " ucap Arsya

"Udah ya jangan bawel. Nih atur jadwal gua hari ini. " ucap Zweitson melemparkan tumpukan kertas lalu pergi meninggalkan Arsya

"Bener bener ya tuh cowok, asal lempar aja. Duh mana berantakan gini. " ucap Arsya merapihkan kertas yang berserakan

Tiba tiba seseorang datang menghampiri Arsya dan membantunya. Tanpa sengaja tangannya menyentuh tangan Arsya.

"Eh maaf Ji. " ucap Arsya

"Gua bantu ya. " ucap Fajri

"Boleh banget. "

Fajri membantu Arsya mengumpulkan tumpukan kertas yang berserakan, cukup banyak kertas yang berserakan tersebut. Akhirnya semua kertas selesai dikumpulkan kembali.

"Huft selesai juga. " ucap Arsya

"Gua bantu bawa ya. " tawar Fajri

"Eh gak usah, gua bisa sendiri kok. "

"Udah gak apa apa, kayaknya berat banget. "

"Beneran gak usah. "

"Gak ada penolakan ya. "

Zweitson yang sadar Arsya tak mengikutinya berjalan, kembali menghampiri Arsya dan dilihatnya Arsya yang sedang bersama dengan Fajri. Dengan perasaan kesal Zweitson menghampiri Arsya.

"Udah sini gua aja yang bawa. " ucap Zweitson merebut tumpukan kertas dari tangan Arsya

"Gitu dong daritadi, gak tau berat apa." ucap Arsya memegangi lengannya

"Tangan lo kenapa Sya, sakit ya gara gara bawa yang berat. " ucap Fajri memegang lengan Arsya

"Eh gak kok Ji, lengan gua baik baik aja. " ucap Arsya

"Udah deh, kita udah telat tau. Ayo. " ucap Zweitson menarik tangan Arsya

Zweitson menarik Arsya begitu kasar hingga membuat lengan Arsya semakin sakit.

"Awww Son stop. " ucap Arsya melepaskan tangan Zweitson

"Apaan sih Sya kita udah telat tau. " ucap Zweitson

"Lo bisa gak sih gak kasar!" ucap Arsya merintih kesakitan

"Lengan lo? "

"Iya tadi kan gua jatuh ditabrak sama genk Chelsea, tangan gua agak memar tadi. " ucap Arsya

Zweitson tak menanggapi ucapan Arsya sama sekali, dia langsung pergi begitu saja meninggalkan Arsya. Melihat Zweitson pergi begitu saja membuat Arsya menjadi kesal.

"Sumpah ya tuh cowok gak peka banget, udah lihat gua kesakitan gini bukannya bantu obatin kek, eh ini malah pergi gitu aja. "

Arsya duduk disebuah kursi taman, dia masih sangat kesal dengan sikap Zweitson.

Zweitson berjalan menghampiri Arsya dengan sebuah minuman kaleng.

"Tau aja lo gua lagi haus. Kayaknya segar banget tuh. " ucap Arsya

TRUE LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang