Empat Puluh Delapan

182 32 0
                                    

"Shan, kak Fiki mana ya? " tanya Nadya

"Bukannya tadi dia keluar? "

"Gua gak tau. "

"Mau sampai kapan lo marah sama Fiki?"

"Gua juga gak tau Shan, gua kecewa dengan perbuatan kak Fiki. Ternyata selama ini dia sejahat itu. "

"Fiki pasti punya alasan kenapa dia lakuin itu. "

"Bisa jadi sih, sebenarnya gua gak bisa marah lama lama sama kak Fiki, rasanya hampa banget gak ada dia. "

"Gua juga ngerasa begitu."

"Eh ternyata kak Fiki nge chat gua dari sore. "

"Nad, gua tau lo masih marah sama gua. Gua tau lo gak mau lihat gua kan? Jadi gua memutuskan untuk pergi ke rumah kakek dan nenek. Lo jaga diri baik baik ya. "

"Mungkin Fiki sedang butuh waktu sendiri Nad. " ucap Shandy ikut membaca chatt dari Fiki

"Kak Fiki, Nadya udah gak marah lagi kok sama kakak. Maaf ya udah bikin kak Fiki semakin sedih. "

"Udah ya sekarang lo tidur, udah malam."

"Gak bisa tidur gua Shan kalau belum makan mie instan. "

"Duh lo pake ngomong itu, gua kan jadi pengen juga. "

"Ya udah yuk masak mie. "

"Tapi kan kita gak punya mie Nad. "

"Ya udah kita beli. " ucap Nadya menarik Shandy

"Nadya gua belum ganti celana, ini gua masih pake kolor. "

"Yaelah Shan cuma ke minimarket depan, udah gak apa apa pake kolor aja. "

"Heh, gak baik tau. Bentar gua ambil sarung dulu. "

"Kenapa gak sekalian ganti celana aja."

"Ribet ah, kalau pake sarung kan nanti pas pulang tinggal perolotin aja."

"Pinter juga ya lo. "

Selesai membeli mie, Shandy dan Nadya memasaknya bersama. Setelah selesai memakan mie keduanya masuk kedalam kamar masing masing.

Didalam kamar Shandy berdiri dibalkon kamar memandangi langit malam, dirinya sedikit merindukan rumah dan orang tuanya, namun masih ada keraguan didalam diri Shandy untuk pulang.

Ponsel Shandy berdering, Shandy berjalan menuju meja tempatnya meletakan ponsel, diambilnya ponsel miliknya.

"Papa? Kenapa telepon gua malam malam. " ucap Shandy mengangkat telepon tersebut

Via telepon on

"Halo pa. "

"Shandy, kemana aja kamu. "

"Aku baik baik aja kok pa, kan Shandy udah janji akan mandiri. "

"Kamu apa susahnya terima perjodohan ini, ini demi kebahagiaan kamu."

"Yakin pa demi kebahagiaan aku? Bukan demi kebahagiaan papa. Mau sampai kapan papa mikirin harta, ingat pa harta itu gak akan dibawa mati."

"Kamu jangan kurang ajar, seharusnya papa gak punya anak kayak kamu. "

"Kalau Shandy bisa milih Shandy juga gak mau dilahirin didunia ini! Percuma pa Shandy dilahirkan, papa dan mama gak pernah sayang sama Shandy. "

TRUE LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang