Setelah Arsya dan Fenly ditemukan mereka semua bersiap untuk pulang dari perkemahan.
Didalam bus Arsya memutuskan untuk duduk disamping Zweitson, Fenly yang duduk tepat diseberang Arsya teringat akan kejadian kemarin malam.
Arsya menyadari sedari tadi Fenly menatap dirinya, Arsya pun menengok ke arah Fenly dan tatapan keduanya bertemu. Arsya tersenyum dan mengucapkan sebuah kata dengan pelan.
"Terima kasih buat kemarin malam."
"Sama sama. "
Fenly mengambil ponselnya dan mengetikan beberapa pesan untuk Arsya.
"Gua yakin suatu saat nanti lo akan bertemu dengan keluarga lo, jangan berhenti mencari mereka ya. "
Tanpa sadar air mata Arsya perlahan turun, Zweitson yang menyadari Arsya menangis langsung bertanya kepadanya.
"Sya, kenapa? " tanya Zweitson
"Gua gak apa apa kok. " jawab Arsya
"Seriusan? Jangan nangis dong. " ucap Zweitson menghapus air mata Arsya
"Gua gak nangis lagi kok. "
"Kalau lo ada masalah cerita ya ke gua." ucap Zweitson
"Lo tenang aja ya. "
Arsya dan Zweitson tiba di rumah Zweitson, namun seseorang hadir didalam rumah tersebut yang membuat Zweitson kesal.
"Mau ngapain anda kesini?" tanya Zweitson
"Zweitson, jaga ucapan kamu, saya ini papamu. " bentak Satya
"Oh ternyata anda masih ingat memiliki seorang anak, saya pikir anda sudah lupa karna terlalu asik dengan keluarga baru anda. " ucap Zweitson
Emosi Satya sudah memuncak, dirinya tak segan menampar Zweitson dengan kencang. Arsya hanya bisa melihat semua tanpa tau harus berbuat apa, Zweitson merasa kecewa dan pergi keluar dari rumahnya.
"Zweitson tunggu. " teriak Satya
"Om, seharusnya om gak sekeras itu ke Zweitson. " ucap Arsya memberanikan diri
"Siapa kamu? Kenapa bisa ada di rumah ini? "
"Saya asisten Zweitson om, kalau boleh saya ingin mengobrol berdua dengan om. "
"Silahkan duduk. "
"Om, Zweitson selalu cerita ke saya bahwa dia sangat membenci papanya."
"Ini semua memang salah saya, seharusnya saya tidak terlalu kasar dengan Zweitson. Saya mendidiknya terlalu keras sehingga membuatnya menjadi tidak bebas. "
"Om, Zweitson pasti sangat merindukan sosok papa di hidupnya setelah mamanya pergi meninggalkannya. Jadi saya harap om mau memperbaiki semuanya. "
"Saya ingin memperbaiki semuanya, tapi apakah masih ada kesempatan untuk saya? Sepertinya semua sudah terlambat. "
"Tidak ada kata terlambat om, saya janji akan bantu om agar hubungan om dan Zweitson kembali baik. "
"Kamu serius mau bantu saya? "
"Asalkan Zweitson bisa kembali tersenyum saya dengan senang hati akan membantu om. "
"Baiklah jika begitu. "
"Sekarang biarkan Zweitson menyendiri dulu, nanti saya akan berbicara dengannya. "
"Kalau gitu saya pamit pulang, sampaikan salam saya untuk Zweitson. "
"Iya om. "
Setelah kepergian Satya, Arsya mencari keberadaan Zweitson. Diluar hujan turun begitu deras membuat Arsya semakin khawatir dengan Zweitson.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRUE LOVE [END]
JugendliteraturBagi Zweitson tidak ada yang namanya cinta apalagi cinta sejati. Baginya cinta hanyalah sebuah permainan dan buang buang waktu. Namun apa jadinya jika dia bertemu dengan Arsya seorang cewek yang sangat percaya dengan adanya cinta sejati.