Enam Puluh Empat

201 32 0
                                    

Beberapa hari kemudian Fiki mencoba kembali mengunjungi Lili di rumah sakit. Tidak lupa Fiki membawakan hadiah untuknya. Dibukanya pintu ruangan Lili dan nampaklah Lili yang duduk terdiam menatap jendela. 

"Hayo lagi mikirin apa? Kok bengong gitu. Lihat deh om Fiki bawa apa." 

"Aku gak mau! Sana pergi dari sini!!" bentak Lili mendorong Fiki

"Lili, kamu gak boleh kayak gini. Papa dan mama kamu sudah tenang diatas sana, kalau mereka lihat Lili nangis nanti mereka ikut sedih." 

"MAMA DAN PAPA LILI BELUM MENINGGAL!! OM JAHAT!! "

Fiki terdiam didepan pintu ruangan Lili, dia sadar memang dirinya sudah sangat jahat karna membuat Lili berpisah dengan kedua orang tuanya. Fiki menyalahkan dirinya karna tak bisa menyelamatkan orang tua Lili.

"Maafkan om Lili, om juga gak mau orang tua kamu meninggalkan kamu." ucap Fiki dengan lirih

Lili menangis mengingat kedua orang tuanya, dirinya benar benar merindukan sosok mama dan papanya. Lili melihat ke arah lantai dan menemukan paperbag yang tadi dibawa oleh Fiki, diambilnya paperbag itu dan dilihat isinya yang merupakan figura foto dan beberapa kain pakaian. 

Lili mengambil figura foto yang berisikan foto dirinya bersama orang tuanya dan dipeluknya dengan erat. Lili juga mengambil pakaian yang biasa dipakai mama dan papanya lalu diciumnya pakaian tersebut, tercium aroma parfum yang biasa dipakai kedua orang tuanya. Air mata Lili semakin deras keluar. 

"Pa, ma Lili kangen kalian......"

Fiki semakin merasa serba salah, dia semakin ikut merasakan rasa sakit yang dirasakan oleh Lili. Sementara itu Lili berteriak dan melempar figura dan pakaian yang dipegangnya. Amarahnya telah memuncak, Lili juga melempar beberapa barang yang ada didekatnya. 

"Aaarrrghhhhh.........." 

"Awww." 

Lili melihat kearah tangannya yang terinfus, darah segar perlahan keluar dan mengotori tangannya, Lili berteriak kesakitan melihat tangannya yang berdarah. Fiki yang mendengar teriakan Lili langsung masuk kembali ke ruangan Lili dan terkejut melihat noda darah. 

"Lili...."

Fiki berlari keluar ruangan Lili dan memanggil perawat yang berjaga, dengan cepat perawat dan Fiki berlari kembali ke ruangan Lili. Perawat tersebut langsung melepas infusan Lili dan membersihkan noda darah yang ada ditangan Lili. 

"Kamu tahan sebentar ya dek." 

"Aww sakit...." 

Fiki dengan sigap memeluk Lili dan menenangkannya. Lili memeluk erat Fiki untuk menutupi rasa takutnya. Fiki mengusap kepala Lili dan menyanyikan sebuah lagu untuk Lili. 

"Tadi kamu tarik tarik tangan ya?" 

"Tadi gak sengaja ketarik sus." ucap Fiki

"Udah selesai, lain kali jangan ditarik tarik lagi ya." 

"Iya sus, maafin Lili ya."

"Anak pintar." 

"Kalau begitu saya permisi ya." 

"Makasih sus."

"Lili masih sakit gak tangannya?" tanya Fiki

"Udah gak kok om. " jawab Lili

"Lili, om sangat tahu bahwa kamu belum siap kehilangan kedua orang tua kamu, tapi kamu jangan khawatir ada om dan tante Keysa yang akan menjaga kamu. Kami siap menjadi orang tua angkat kamu. "

"Tapi Lili maunya sama mama dan papa... "

"Mama dan papa akan terus bersama Lili kok, karna mereka ada disini. Mereka akan selalu ada di hatinya Lili. "

TRUE LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang