Lima Puluh

199 34 3
                                        

Kondisi Arsya kritis, dirinya kehilangan banyak darah akibat tembakan tersebut. Secepatnya Arsya harus mendapatkan donor darah.

"Apakah dari kalian ada yang bergolongan AB? "

"Fen, lo kan keluarganya pasti golongan darah lo sama kan? "

"Gak Son, golongan darah gua B, Keysa dan nyokap gua O. "

"Loh aneh banget. " ucap Fajri

"Bagaimana? Secepatnya pasien harus mendapatkan donor darah. "

"Duh golongan gua B." ucap Zweitson

"Gua B. " ucap Fajri

"Gua siap jadi pendonor untuk Arsya."

"Chel, emangnya golongan lo sama? "

"Golongan darah gua AB."

"Chel, makasih lo udah mau mendonorkan darah untuk Arsya. " ucap Fajri memeluk Chelsea

"Baik kalau gitu pendonor segera ikut saya ya. "

"Makasih ya Chel. "

"Demi keselamatan Arsya gua rela mendonorkan darah gua. "

Donor darah pun dilakukan, Chelsea terbaring diranjang dengan kondisi yang cukup lemah.

"Gua udah lakuin banyak kesalahan sama lo Sya, semoga dengan ini lo bisa selamat dan kembali tersenyum lagi. " ucap Chelsea teringat akan ucapan Arsya

Fenly melihat Arsya terbaring lemah dari balik kaca ruang ICU, Fenly tak sanggup melihat Arsya terluka. Zweitson dan Fajri juga demikian, hatinya begitu hancur melihat Arsya terbaring tak sadarkan diri.

Namun Fenly menyadari suatu hal, mengapa golongan darah Arsya tak sama dengannya dan keluarganya.

Chelsea pun selesai melakukan donor darah, tubuhnya merasa lemas. Chelsea terduduk lemas didepan ruangan Arsya.

"Ini makan dulu, kan lo habis donor darah jadi butuh energi." ucap Fajri memberikan sebungkus roti kepada Chelsea

"Gua gak nafsu makan Ji. "

"Gak boleh gitu atuh, nanti kalau lo sakit gimana. Gua suapin ya." ucap Fajri membuka bungkus roti

"Eh gak usah, gua makan sendiri aja. "

"Nah gitu dong. "

Chelsea memakan roti pemberian Fajri dengan perasaan gugup, dirinya tak pernah merasakan perhatian lebih dari seorang cowok.

"Duh makannya kok belepotan gitu sih. " ucap Fajri menghapus noda coklat disudut bibir Chelsea

Chelsea terdiam menatap Fajri, begitupun Fajri. Keduanya terdiam dan saling menatap satu sama lain.

"Ekhem, malah pada ngebucin disini."

"Siapa juga yang lagi ngebucin. "

"Masa sih. "

"Son, jangan gitu lah. "

"Btw Ji, gua mau juga dong rotinya. "

"Tenang aja, gua udah beliin buat semuanya. "

"Widih cakep."

"Gua pikir Fajri cuma beli buat gua doang karna dia perhatian sama gua, tapi ternyata gua salah. Lagian lo ngapain jadi ngarep gini sih Chel. " batin Chelsea

"Chel, lo mau lagi rotinya?"

"Gak!"

"Aneh, kok Chelsea tiba tiba jadi jutek." batin Fajri

TRUE LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang