Empat Puluh Dua

184 31 0
                                    

Zweitson mengajak Arsya ke taman hiburan, raut wajah bahagia mulai terpancar diwajah Arsya.

"Gimana? Lo suka gak sama tempatnya. " tanya Zweitson

"Gua benar benar suka banget sama tempatnya."

"Bagus deh kalau gitu. " ucap Zweitson mengusap rambut Arsya
"Mau kemana dulu nih? "

"Kita kesana dulu. "

Arsya begitu menikmati permainan yang ada disana, Zweitson hanya tersenyum dan bernafas lega karna dirinya dapat kembali bersama Arsya.

Fajri sangat bosan berada di rumah, dirinya memutuskan untuk pergi. Saat dirinya membuka pintu terlihat sosok perempuan berdiri didepan pintu rumahnya.

"Riska? Lo ngapain disini? "

"Tadinya gua mau ke rumah Zweitson tapi dia gak ada di rumah, gua ganggu lo ya."

"Gak kok, tapi gua mau keluar nih. "

"Gua boleh ikut? "

"Boleh juga, jadi gak gabut banget gua."

"Ke taman hiburan aja yuk. "

"Boleh deh, yuk. "

Fajri dan Riska pergi ke taman hiburan bersama. Setelah tiba mereka berdua pun menikmati permainan yang ada.

Arsya tanpa sengaja melihat Fajri yang sedang bersama Riska. Rasa cemburu mulai merasuki Arsya, tanpa sengaja dia menyiramkan minuman yang dipegangnya kepada Zweitson.

"Sya, kok gua disiram. "

"Sorry Son gua gak sengaja. "

"Lo kenapa sih? Tiba tiba nyiram gitu."

"Gak apa apa kok. " ucap Arsya kembali melihat ke arah Fajri

Zweitson mengikuti arah tatapan Arsya dan menemukan Fajri yang jalan berdua dengan Riska. Zweitson mengerti mengapa tiba tiba Arsya seperti itu.

"Jadi ada yang lagi cemburu nih. "

"Cemburu apaan sih Son. "

"Gak ngaku, udahlah Sya kita kan mau senang senang. Cemburunya ditunda dulu aja ya. "

"Lagian siapa juga yang cemburu, udah yuk lanjut main lagi. "

"Kalau lo masih marah marah kayak gitu sih gua malas lanjutinnya. "

"Zweitson, lanjut lagi yuk mainnya. " ucap Arsya dengan lembut

"Nah kan cantik kalau lembut begitu."

"Apaan sih Son. "

"Lo mau naik apa lagi nih. "

"Bianglala yuk. "

"Bianglala ya. "

"Kenapa? Lo takut ketinggian ya. "

"Sok tahu lo, gua gak takut ketinggian. Ayo kita naik. "

"Benar ya, ayo kalau gitu. "

Zweitson berusaha menutupi rasa takutnya demi melihat Arsya kembali ceria. Tidak jarang Zweitson melihat kebawah dan berteriak.

"Son, kok teriak? "

"Sebenarnya gua takut ketinggian Sya."

"Tadi kenapa lo gak jujur sih Son. "

"Ya gua mau lo kembali ceria, jadi terpaksa deh. "

"Sekarang lo tutup mata."

"Buat apa? "

TRUE LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang