Tujuh Puluh Dua

223 32 0
                                    

Sejak kejadian hari itu Arsya terus mengurung dirinya didalam kamarnya. Arsya duduk termenung menatap jendela kamarnya, dia masih tak menyangka Zweitson setega itu kepadanya.

"Kenapa sih Son, kalau emang lo udah bosan sama gua kan bisa jujur."

Perlahan air mata Arsya turun membasahi pipinya. Arsya mengambil ponselnya dan menatap foto fotonya dengan Zweitson, ingin rasanya dia menghapus semuanya namun dirinya ragu.

"Percuma gua hapus juga gak bisa hilangin rasa sakit hati gua. "

"Arsya sayang keluar yuk, kamu jangan ngurung diri di kamar terus dong. " ucap Maudy mengetuk pintu kamar Arsya

"Arsya nyaman kok ma didalam sini."

"Ada yang nyariin kamu tuh, kamu turun dulu ya. "

Arsya berpikir itu adalah Zweitson, dengan cepat Arsya membuka pintu kamarnya dan berlari menuruni anak tangga.

"Zweitson.... " ucap Arsya berjalan mendekati seseorang yang berdiri membelakanginya

"Sya, akhirnya lo turun juga."

"Fenly? Kok lo?"

"Gua kesini mau minta maaf."

"Minta maaf? Atas kesalahan apa lo minta maaf. "

"Gua mewakili Zweitson mau minta maaf atas perlakuan adek gua. "

"Kenapa lo yang minta maaf? Kenapa bukan Zweitson sendiri yang minta maaf. "

"Zweitson masih diluar kota. "

"Oh lagi pacaran ya sama Riska. "

"Tolong maafin Zweitson ya, sebagai bentuk permintaan maaf gua ada kalung buat lo. "

Arsya mengambil kalung tersebut dari tangan Fenly lalu dilemparnya kalung tersebut.

"Gua capek ya! Lo pikir hati gua dibuat dari baja, gua capek Fen. Bilang ke Zweitson gua mau putus dari dia. " bentak Arsya

"Kalungnya... "

"Lo mau kan gua maafin Zweitson, kalau gitu lo cari kalungnya sampai dapat. " ucap Arsya berjalan pergi meninggalkan Fenly

Tanpa membuang banyak waktu Fenly langsung mencari kalung tersebut di semak semak halaman rumah Arsya.

Arsya kembali masuk kedalam kamarnya dan menangis. Dia benar benar kecewa dengan Zweitson.

"Arsya harus bisa maafin Zweitson." ucap Fenly masih berusaha mencari

Zweitson masuk kedalam rumahnya dan langsung disambut pukulan keras dari Fenly.

"Tega ya lo! Maksudnya apa Son. "

"Kan gua udah jelasin di telepon Fen semuanya."

"Lo ngotak dong, Arsya itu tulus sama lo, tapi kenapa lo sia siain dia!"

"Ya namanya juga bosan. "

"BANGSAT!!!"

"Pukul terus Fen, pukul! Kalau itu bikin lo puas, pukul gua terus. "

"Aarrrgghhh...." ucap Fenly mengarahkan tangannya ke tembok

"Maafin gua Fen, sebenarnya gua gak pacaran sama Riska. Gua sengaja buat berita itu untuk membuat Arsya benci sama gua. "

"Kenapa Son? Kenapa Arsya harus benci sama lo. "

"Biar nanti saat gua pergi dia udah gak peduli sama gua. Gua gak mau Arsya sedih Fen, gua berpikir dengan membuat Arsya benci gua mungkin itu akan membuat gua pergi dengan tenang."

TRUE LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang