Tujuh Puluh Tiga

266 33 0
                                    

Seminggu kemudian

Arsya yang sedang duduk menonton televisi terkejut mendengar suara ketukan pintu. Arsya berjalan menuju pintu rumahnya dan membukanya.

"Hai Sya. "

"Sorry gua lagi gak menerima tamu."

"Ada hal yang harus gua kasih tau ke lo. "

"Oke, kita ngobrol didalam."

Arsya mempersilakan Riska masuk lalu dia membuatkan Riska minum. Arsya bertanya tanya kenapa Riska berkunjung ke rumahnya.

"Jadi ada hal apa? "

"Gua mau jujur sama lo, maaf Sya sebenarnya gua dan Zweitson tidak pernah pacaran. "

"Maksud lo. "

"Zweitson sengaja membuat lo benci sama dia Sya, karna Zweitson ingin saat dirinya pergi lo gak sedih. "

"Jadi semua ini rencana Zweitson? "

"Iya Sya, gua terpaksa bantu Zweitson. Oh ya gua juga mau kasih tau lo sesuatu. " ucap Riska melepaskan wig yang dipakainya

Arsya sangat terkejut melihat rambut Riska yang perlahan habis. Perlahan air mata Arsya turun, sekarang dia menyadari jika Riska juga mengidap penyakit yang sama dengan Zweitson.

Arsya langsung memeluk erat Riska dan berkali kali meminta maaf. Riska tersenyum dan mengatakan bahwa semuanya baik baik saja.

"Maafin gua Ris, gua egois banget ya. "

"Gak Sya, lo gak egois."

"Tapi kenapa lo gak jujur sejak awal Ris. "

"Gua gak mau bikin lo sedih."

"Maafin gua..... "

"Ini semua sudah menjadi takdir untuk aku Sya, mungkin Tuhan sayang sama aku. Oh ya aku ingin kamu bahagia terus ya, aku gak akan ambil Zweitson lagi dari kamu. "

"Lo memang sahabat terbaik gua. "

"Jangan nangis lagi dong, kan gua jadi pengen nangis juga." ucap Riska mengusap air mata Arsya
"Oh ya Sya, gua boleh peluk lo lagi? "

"Tentu boleh Ris. "

Riska memeluk erat Arsya, rasanya seperti pelukan perpisahan bagi Riska. Tiba tiba Riska merasakan sakit dibagian kepalanya, darah segar perlahan mengalir keluar dari hidung Riska dan mengotori baju Arsya.

"Gua beruntung banget punya sahabat kayak lo. "

"Gua juga Sya. " ucap Riska perlahan memejamkan matanya

"Pokoknya janji ya jangan pernah pergi tinggalin gua."

Riska tak menjawab ucapan Arsya. Hal itu membuat Arsya panik, Arsya melihat darah terus keluar dari hidung Riska. Arsya berusaha membangunkan Riska namun tak kunjung berhasil.

"Riska, Ris... "

"Ris, bangun dong.... "

Arsya mengambil tisu dan mengusap darah dihidung Riska. Arsya berusaha menghentikan darah yang keluar dari hidung Riska namun tak kunjung berhenti juga. Akhirnya Arsya berusaha memopong tubuh Riska dan membawanya ke mobilnya, Arsya dengan cepat membawa Riska ke rumah sakit.

Zweitson duduk mendengarkan lagu dari headphone kesayangannya. Tiba tiba saja kepalanya begitu sakit, Zweitson berteriak memanggil keluarganya namun dirinya teringat bahwa keluarganya sedang di luar.

Kebetulan saat itu Fajri berkunjung ke rumah Zweitson untuk mengembalikan sesuatu. Fajri mengetuk pintu rumah Zweitson namun tak kunjung dibukakan, tiba tiba Fajri mendegar suara dari dalam rumah Zweitson. Fajri langsung membuka pintu rumah Zweitson dan melihat tubuh Zweitson yang sudah tergeletak tak sadarkan diri.

TRUE LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang