💝part 1💝

156 5 0
                                    

Alan berusaha mengejar Mouza walaupun kakinya masih terasa sakit.
"Mouza, berhenti lo!" teriak Alan

"Kak Alan romantis banget sih. Sengaja nih ngejar Mouza biar kayak di film India," puji Mouza sambil terus berlari

Alan masih bisa mendengar apa yang di katakan Mouza, karena jarak mereka tidak terlalu jauh.
"Ck, cewek gila. Di kejar bukannya takut malah seneng," gumam Alan

"Ayo kak Alan, ngejar nya pakek nyanyi dong biar beneran mirip kayak film india!" teriak Mouza sambil terus berlari

"Gila lo, woi buruan berhenti!" teriak Alan

"Kak Alan nggak asyik ah. Kejar dulu, masak bisanya cuma nyuruh berhenti," ejek Mouza

Mouza sesekali menoleh ke belakang. Mouza tidak tahu saja, wajah Alan sudah merah padam karena ulahnya.
"Gue hitung sampek tiga, kalau lo nggak berhenti gue potong beneran kaki lo," ancam Alan

"Tuh kan, jiwa ngancem nya kumat," ejek Mouza

"Satu ... dua ...," ucap Alan mulai menghitung

Baru hitungan ke dua, tapi Mouza sudah berhenti. Mouza berhenti bukan karena takut, tapi memang sengaja ingin berhenti.
"Ayo kak Alan sini," panggil Mouza

"Nggak ada takut takut nya ya lo. Udah nginjek kaki gue, sekarang kayak orang gila," semprot Alan

"Ayo kak Alan peluk Mouza, biar beneran kayak di film India," ucap Mouza sambil merentangkan kedua tangannya

"Gue bukan mau meluk lo. Gue mau maki sama marahin lo gara gara udah nginjek kaki gue," ketus Alan

Mouza malah membelakangi Alan agar Alan bisa memeluknya dari belakang, terlalu gila memang.
"Pasti kak Alan pengen meluk dari belakang kan," tebak Mouza

"Sekarang juga lo hadap sini, jangan belakangin gue," suruh Alan

Tanpa basa basi Mouza langsung menghadap Alan, bahkan Mouza terus saja tersenyum dan tidak punya rasa takut.
"Kak Alan sengaja nih, pasti kak Alan pengen kita tatap tatapan kayak di sinetron," ucap Mouza

"Gue mau marahin lo, lo itu murid nggak ada akhlak. Lo itu udah telat, masih aja bikin gue pusing. Pakek nginjek kaki gue segala lagi," ucap Alan marah

"Kakak minta maaf gih," suruh Mouza

"Kenapa gue yang minta maaf?" tanya Alan

"Kak Alan udah nuduh Mouza nginjek kaki kakak," jawab Mouza

"Kalau bukan lo yang nginjek terus siapa ... setan?" tanya Alan dengan nada tinggi

"Ya kan yang nginjek kak Alan itu sepatu Mouza. Kakak salah udah nuduh Mouza, kakak harus minta maaf dong, nggak terima nih Mouza," jawab Mouza

Kepala Alan semakin pusing saja, jelas jelas yang di injak itu kaki nya, kenapa jadi dirinya yang di suruh minta maaf.
"Bodo, serah lo dah," ucap Alan pasrah

"Buruan minta maaf kak," suruh Mouza

"Sepatu lo suruh minta maaf, kan  dia yang nginjek kaki gue," ucap Alan asal

"Ya udah, maaf ya kaki nya kak Alan," ujar Mouza sembari menendang kaki Alan

"Sialan, lo ngapain nendang kaki gue," ucap Alan marah

"Kakak ih, masak marah nyebut nama sendiri," ucap Mouza

"Nama sendiri?" tanya Alan bingung

"Sialan ... itu kan nama kakak," jawab Mouza tanpa beban

Mouza benar benar telah mengeluarkan jiwa singa nya Alan. Saat ini Alan sudah melotot dan wajah nya sangat datar, sungguh sangat menyeramkan.
"Heh, adek kelas macam apa lo!" bentak Alan

"Kak Alan jangan gitu ih muka nya. Nggak enak banget buat di pandang," ucap Mouza

"Gue tadi nyuruh lo minta maaf, ngapain malah nendang kaki gue?" tanya Alan ngegas

"Itu tadi namanya salam sesama sepatu kak. Kan sepatu nggak bisa salim, bisanya cuma nendang," jawab Mouza

Manusia macam apa Mouza ini, selalu saja bisa mengeluarkan kata ajaib yang tidak pernah ada di pikiran Alan.
"Salam sesama sepatu pala lo. Otak lo udah kebalik kayak nya," maki Alan

"Weeiiss ... hebat nih otak Mouza, bisa kebalik. Otak kak Alan mama bisa kebalik," ucap Mouza santai

"Heran gue sama lo, di katain otak nya kebalik nggak ada marah marah nya," ucap Alan tidak habis pikir

"Iya dong, kata bunda kalau marah itu cepet tua. Kak Alan pasti hobi marah makannya tua," ucap Mouza

Tentu saja Mouza berbohong, jelas jelas Alan itu sangat tampan, tidak mungkin Alan tua.
"Berani ya lo ngatain gue?" tanya Alan tidak terima

"Jadi manusia harus berani, nggak boleh takut," jawab Mouza

"Gue tuh ketua osis, lo harusnya takut sama gue," ucap Alan memperingatkan

Semua murid memang takut pada Alan. Alan itu terkenal galak, kalau ngasih hukuman nggak main main.
"Nggak ih, Mouza takut nya cuma sama tuhan," ucap Mouza sambil tersenyum

"Lo kalau masih nggak takut, gue tambahin hukuman lo" ancam Alan

"Yes, di tambahin hukumannya," sorak Mouza bahagia

'Astaga, gue apain nih anak biar takut,' batin Alan

"Mau lo tuh apa sih?" tanya Alan mulai frustasi

"Mouza mau di tambahin hukuman nya," jawab Mouza

Alan tidak mau semakin pusing, lebih baik Alan menyuruh Mouza lari putar lapangan sekarang juga.
"Udah sana lari, pusing gue kalau ngomong sama lo," ujar Alan

"Seratus kali putaran ya?" tanya Mouza

"Nggak, lima puluh aja," jawab Alan

"Seratus aja ih, nanggung tahu," ucap Mouza

"Mau gue tambahin jadi dua ratus?" tanya Alan

"Mauuuu ... Mouza mau banget," jawab Mouza semangat

Alan tidak menyangka Mouza akan sangat semangat. Padahal tujuan Alan tadi menakut nakuti Mouza.
"Gila lo, udah sana lari," suruh Alan

"Dua ratus putaran ya?" tanya Mouza dengan mata berbinar

"Lima puluh aja," jawab Alan

"Seratus aja kak," tawar Mouza

"Heh, masih mau nawar lo?" tanya Alan galak sambil menjewer telinga kanan Mouza

"Sakit ih, iya nggak nawar lagi," jawab Mouza mengadu kesakitan

"Masih nggak mau lari?" tanya Alan

"Mau kok," jawab Mouza cepat

Alan langsung melepaskan jeweran nya. Telinga Mouza memerah karena perbuatan Alan.
"Kecewa deh Mouza, nggak jadi lari dua ratus putaran," ucap Mouza sambil berjalan malas ke arah lapangan

"Bego, mati lah lo kalau lari dua ratus putaran," gumam Alan

Bersambung...

ketua osis galakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang