💝part 24💝

57 4 0
                                    

Alan tidak mau basa basi lagi, karena itu hanya membuang waktu. Ia langsung menarik tangan Mouza dan pergi ke lapangan.
"Yang cepet jalannya. Lo harus jalanin hukuman lo," ujar Alan

"Ya udah nggak usah tarik tarik. Heran deh, kasar banget kayak bapak peri," celetuk Mouza

"Bukannya ibu peri ya neng Mouza?" tanya Gala

"Itu kalau cewek, kalau cowok bapak peri," jawab Mouza

"Tapi kan peri lembut nggak kasar," ucap Gala

"Kalau kak Alan itu bapak peri kasar. Soalnya peri nya kelainan," balas Mouza tanpa beban

"Astaga," gumam Gala sambil tertawa

Alan menunjuk Mouza dan Gala bergantian sambil menatap mereka tajam.
"Diem lo berdua," ujar Alan

"Kak Alan kak Alan!" panggil Mouza

"Gue bilang diem. Bisa diem nggak lo?" tanya Alan

"Nggak bisa, mulut Mouza dari tadi meronta ronta pengen ngomong," jawab Mouza

"Ngomong sekali lagi gue lakban mulut lo," ancam Alan

"Lakban nya warna kuning ya kak. Mouza suka warna kuning," pinta Mouza

Gala yang tadinya berjalan di belakang Alan dan Mouza, kini berganti berjalan di samping Alan.
"Daripada lo gandeng Mouza yang ada darah tinggi terus, mending Mouza gue aja lan yang gandeng," ujar Gala

"Nggak perlu," ketus Alan

"Biar lo nggak darah tinggi lan. Kurang baik apa cobak gue?" tanya Gala

"Tak tik lo buat modus recehan," jawab Alan

"Namanya juga pemula lan. Gue nggak pernah modusin cewek orang, rencana nya mau modusin istri orang," balas Gala

"Gila lo," cibir Alan

Mouza menarik narik lengan baju Alan sambil memanggil nama Alan berkali berkali.
"Kak Alan kak Alan!" panggil Mouza

"Apa sih?" tanya Alan kesal

"Mouza mau ngomong," jawab Mouza

"Ya udah cepetan ngomong. Awas kalau nggak penting," ucap Alan galak

"Nanti kalau ngasih hukuman yang berat ya kak, jangan yang ringan," pinta Mouza

"Hukuman gue nggak sama kan lan kayak Mouza?" tanya Alan

"Sama lah, lo kan sepaket sama dia," jawab Mouza

Gala langsung cemberut, ia hanya bisa memgumpat dalam hati dan menyesal telah memanjat gerbang belakang sekolah.
'Sial banget hidup gue. Mak anakmu butuh di nikahin biar selalu beruntung,' batin Gala

"Jadi hukumannya yang berat ya kak. Pokok ya Mouza nggak mau kalau hukuman nya ringan," ujar Mouza

"Jangan lan, hukuman nya yang ringan aja," sahut Gala

"Nggak, hukuman nya harus yang berat kalau perlu pakek banget," ucap Mouza

"Jangan lan, hukuman nya kayak yang biasa aja deh lari dua puluh putaran," sahut Gala

"Pokoknya hukuman nya harus yang berat pakek banget. Nggak bisa di ganggu gugat lagi," putus Mouza

Alan menatap Mouza, ia menaikkan sebelah alisnya. Ia berpikir apa Mouza saat ini benar benar sehat.
"Heh, sehat lo?" tanya Alan

"Sehat kok. Tiap hari kan Mouza makan dua sehat tiga sempurna," jawab Mouza

"Empat sehat lima sempurna," ralat Gala

"Nggak, dua sehat tiga sempurna. Nasi basi sama lauk tulang ikan, terus di tambah minum air kobokan biar makin sempurna," ucap Mouza riang

"Pantes otak lo geser," ketus Alan

"Ya jelas dong, Mouza gitu loh," ucap Mouza bangga

Alan berdecak kesal kemudian menarik tangan Mouza agar berjalan lebih cepat lagi. Jarak lapangan pun semakin dekat.
"Jangan tinggalin dedek Gala dong," ucap Gala

"Gila lo nggak abis abis," ujar Alan

"Kak Gala nggak sabar nih, pengen cepet cepet dapet hukuman yang berat," tebak Mouza

"Heh, ya nggak lah. Kalau bisa sih gue maunya langsung masuk kelas nggak usah dapet hukuman," sewot Gala

"Nggak usah banyak berharap yang nggak bakal dapat tercapai," ketus Alan

"Omongan lo lan lan," gumam Gala

"Mouza aja nggak sabar pengen dapet hukuman ya berat," ucap Mouza semangat

Kini mereka bertiga sudah sampai di lapangan. Gala melakukan pemanasan karena ia tahu Alan pasti akan menghukumnya lari.
"Ngapain lo?" tanya Alan pada Gala

"Pemanasan lan sebelum lari muter lapangan," jawab Gala

"Siapa bilang lo bakal lari," ujar Alan

"Maksudnya gimana lan?" tanya Gala tidak mengerti

"Lo muter lapangan sambil jongkok bukan lari," jawab Alan

"Kok hukumannya ringan sih kak. Jangan jongkok dong," protes Mouza

Gala melotot ke arah Mouza. Jelas jelas itu hukuman nya berat, membayangkan nya saja sudah membuat dirinya lelah.
"Jangan dong lan, mending lari aja," tawar Gala

"Nggak usah nawar, gue nggak jualan cabe," balas Alan

"Malah nglawak, gue serius ini. Lari aja ya lan," mohon Gala

"Nggak, itu hukuman lo karena udah coba buat kabur dari hukuman," ucap Alan

"Ayo lah lan, lari aja ya," pinta Gala

Lain dengan Gala yang sibuk menawar hukuman, Mouza justru malah duduk dan menjulurkan kedua kakinya ke depan.
"Mouza tiba tiba nggak semangat. Hukuman nya terlalu ringan," ujar Mouza

"Ringan pala lo, udah cepet berdiri!" perintah Alan

"Ringan itu kak. Makannya kasih hukuman yang berat biar Mouza semangat," balas Mouza

"Itu udah berat bego," ketus Alan

"Masak cuma jongkok, kecil itu mah. Harusnya gulung gulung atau nggak ngesot," ucap Mouza

"Heh gila," balas Alan dan Gala bersamaan

"Ayo kak kasih hukuman yang berat. Gulung gulung aja ya kak," pinta Mouza

"Nggak ada, lo muter lapangan sambil jongkok," balas Alan

Mouza yang tadinya duduk kini malah tidur seperti sedang berada di atas kasur.
"Mouza kalau gitu nggak mau jalanin hukuman," ucap Mouza

"Jangan tiduran, kotor bego," balas Alan

"Di iklan katanya berani kotor itu baik," ucap Mouza

"Gila lo, udah cepet berdiri," ketus Alan

"Tapi tambah ya hukuman nya," pinta Mouza

"Nggak ada tambah tambah," ucap Alan galak

"Ya udah Mouza nggak mau jalanin hukuman," ucap Mouza

Alan menatap Mouza tajam sambil berkacak pinggang.
"Udah cepet berdiri. Gue jewer ya lo," ancam Alan

"Iya iya," ucap Mouza sambil berdiri

"Udah cepet jalanin hukuman lo," ujar Alan

"Ayo kak Gala," ucap Mouza sambil menarik tangan Gala

"Ya udah deh," balas Gala pasrah

Gala menjalankan hukuman dengan wajah pasrah, sementara Mouza tidak terlihat semangat sama sekali.

Bersambung...

ketua osis galakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang