Arkan berdiri agak sedikit jauh dari Alan. Ia menatap ke atas, jika ini semua karena takdir apa ia harus balas dendam pada takdir.
"Ini semua bukan salah takdir, ini semua salah lo. Lo itu pembunuh," ujar Arkan"Gue bukan pembunuh kak," ucap Alan
"Alana nggak ada gara gara lo," tuduh Arkan sambil menunjuk Alan
"Gue juga sayang sama Alana. Gue juga nggak pengen dia ketabrak waktu itu," ujar Alan
"Omong kosong, lo kenapa diem aja waktu Alana manggil lo?" tanya Arkan
"Lo tahu kan gue susah ngobrol sama orang lain. Gue cuma bisa ngobrol sama lo," jawab Alan
"Itu semua karena lo selalu diem aja. Lo menutup diri dari dunia luar," ucap Arkan
Alan mengacak rambut nya. Dia sendiri tidak ingin seperti itu, manusia tidak bisa di ciptakan sesuai dengan keinginan nya.
"Lo nggak ngerti posisi gue waktu itu kak," ujar Alan"Lo yang nggak ngerti apa yang gue rasain lan," ucap Arkan
"Gue dulu juga nggak pengen jadi pendiem. Gue pengen normal kayak anak biasa, sekeras apapun gue berusaha ... gue nggak bisa kak," lirih Alan
"Tapi lo bisa berusaha jelasin ke mereka kan waktu itu," ujar Arkan
"Itu semua nggak mudah," ucap Alan
"Apa nggak cukup waktu kecil gue di marahin bunda kita. Bukan bunda kita tapi bunda lo," ralat Arkan tertawa sumbang
"Itu bunda kita kak. Bunda kangen sama lo," ucap Alan
Arkan berdecih, bahkan ia lupa kalau masih memiliki orang tua. Orang tua yang dengan tega mengusir nya dari rumah.
"Kangen apa, bahkan dia yang ngusir gue waktu itu," remeh Arkan"Bunda beneran kangen sama lo kak. Gue udah jelasin semuanya," ujar Alan
"Lo udah jelasin semuanya?" tanya Arkan
"Iya kak," jawab Alan membuat Arkan tertawa
"Terlambat, gue udah nggak butuh lo jelasin semua nya," ketus Arkan
"Pulang kak, kita sama sama lagi kayak dulu," ucap Alan
Arkan menatap Alan, ia muak dengan wajah Alan. Ia juga muak dengan wajah nya sendiri. Bahkan ia muak dengan hidup ini.
"Udah cukup gue selalu di marahin bunda lo cuma karena gara gara lo," ujar Arkan"Bunda nggak akan marahin lo lagi kak. Dia sayang sama lo," ucap Alan
"Sayang macam apa yang lo maksud. Hati gue udah mati, gue udah nggak ngerti kasih sayang. Kasih sayang gue cuma buat nenek ... cuma dia," balas Arkan
"Pulang ke rumah kak," pinta Alan
"Gue nggak sudi pulang ke rumah itu lagi," ujar Arkan
"Gue bener bener minta maaf kak," ucap Alan
Arkan mendekati Alan, ia memukul wajah Alan. Emosi nya meluap luap, Alan sama sekali tidak melawan bahkan sampai sudut bibir nya berdarah sekalipun ia tetap tidak membalas pukulan Arkan.
"Gue benci lo Alan, lo yang udah ngehancurin hidup gue," ujar Arkan"Pukul gue kak, pukul gue semau lo," ucap Alan
"Gue tinggal sama nenek seakan akan gue anak yatim piatu. Bahkan waktu kecil gue di tuduh pembunuh, dan itu semua gara gara lo," balas Arkan sambil memukul wajah Alan
"Maafin gue kak," ucap Alan
"Berhenti minta maaf, maaf lo sama sekali nggak guna!" bentak Arkan
KAMU SEDANG MEMBACA
ketua osis galak
HumorDia adalah Mouza gadis yang selalu terlambat datang ke sekolah. Mouza selalu saja memancing emosi Alan. Semua tingkah laku Mouza selalu membuat kepala Alan pusing. Bukan Mouza jika tidak bisa melawan ucapan Alan. Berkali kali Alan memberikan Mouza h...