Jangan lupa vote yuk bantu author pemula ini berkembang, terima kasih.
Jika ingin memberikan krisar/saran silahkan di kolom komentar
Orang yang memiliki akhlak pasti memiliki ilmu sedangkan orang berilmu belum tentu berakhlak.
-Ratih Yanaya Humairah-
"Kalian masih berumur 10 tahun pikiran belum dewasa, memandang sebelah mata saja. Saya tahu kalian membenci saya anggap saya sebagai sampah saya tidak melarang kalian untuk menbenci saya silahkan itu hak kalian saya mau ambil buku pelajaran permisi." Ratih mulai mengangkat suaranya itu.
"Hemm salah minum obat ni ceritanya, sok bijak."
"Saya memaklumi masih belum dewasa, bicara kalian sangat pedas," ucap Ratih mengambil buku miliknya.
"Ingat satu hal Ratih, kamu itu anak di buang oleh orang tua bahkan kamu juga tidak pintar buang-buang waktu saja."
Ratih melangkah kaki keluar dari kamar. "Astagfirullah," lirih Ratih.
Ratih menaiki anak tangga menuju jemuran baju.
"Aku memang bodoh, mengapa mereka pertegas itu belajar terus menerus masih saja tetap bodoh. Soal aku ini anak yang dibuang apakah itu benar? Aku lupa saat aku di rumah bagaimana dengan suasana rumah yang aku ingat hanyalah orang tua dengan berwajah samar menaiki mobil dan diriku berlari mengejar mobil tersebut di tahan oleh seorang wanita.""Ratih, hayuk turun sudah mau bell nanti telat loh."
Ratih menuruni anak tangga dengan rasa sakit hati yang cukup mendalam.
Ratih terlambat di hukum berdiri di depan para santriwati.
Ustadzah datang dengan senyuman.
"Oke mari kita menulis makna di balik hadis tersebut, Hem kamu sekertaris di sini? Kamu maju dan tulis makna dari hadis tersebut di papan tulis," pinta Ibu Latifah.
Lambat dalam menulis yang dilakukan oleh Ratih. "Aku harus belajar untuk menulis rapi, sama menulis cepat," Lirih Ratih.
Ratih di juluki si lambat karena ia lakukan selalu lambat. "Mungkin menulis rapi dan cepat itu butuh waktu untuk mempelajarinya jangan menyerah Ratih kamu harus semangat agar hinaan itu menjadi tepukan tangan untukmu," batin Ratih.
"Hadeh anak norak, tulisan jelek mau kalahin saya rupanya. Pakai sok manis lagi," batin Aulia.
Hampir 30 menit menulis. "Baik anak-anak saya menjelaskan," ucap Ibu Latifah.
Dialah Ibu yang disukai banyak orang karena penjelasan singkat, padat, jelas, membuat santriwati suka dengan dirinya.
"Hadis tafakun alaih, yang artinya dari ibnu abbas ra. Berkata rasulullah saw bersabda : lihatlah orang-orang yang lebih rendah dari pada kamu, Dan janganlah kau melihat orang-orang yang lebih atas dari pada kamu. Karena itu kebih patut bagimu agar kamu tidak merendahkan nikmat Allah swt yang telah berikan. (HR Iman Bukhori dan Muslim) setelah Ibu Latifah menjelaskan dengan detail dalam hadis tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangisan Santriwati (SELESAI) ✅
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA) Apa rasanya seorang anak yang tidak di anggap oleh kedua orang tuanya dan menitipkan di sebuah pesantren sejak berumur 5 tahun? Ratih menunjukan ia memilih air bunga itu. "Bagus saya sudah duga akan hal itu." Seorang...