Jangan lupa tinggalkan jejak
Ratih belajar dengan Mbak Liya, sampai Mbak Liya merasakan lelah karena butuh waktu lama mengajari Ratih.
Ratih sangat tahu bagaimana dirinya sendiri. "Mba sudah kalau sudah lelah Ratih belajar latihan dulu makhraj, habis itu Ratih mau nambal pelajaran banyak Mbak," ucap Ratih.
Mba Liya mengambil boneka untuk berbaring. "Pondok pesantren isinya umur delapan tahun, tujuh tahun jadinya kayak taman anak-anak ya," keluh Mbak Liya menatap tumpukan bantal diatas lemari begitu banyak boneka dan bantal, selimut karakter.
"Mbak, Ratih kapan ulang tahun?" Tanya Ratih.
"Ibu Tiara yang tahu Ratih, dari kecil kamu diasuh sama Ibu Tiara di pondok pesantren Tahfidz," jawab Mbak Liya membaca kitab kecil sembari berbaring.
"Ratih sekarang berumur tujuh tahun, kapan Ratih ulang tahun? Ibu Tiara memang baik," lirih Ratih.
Ratih mulai membaca untuk makhraj surat al fatihah, setelah itu Ratih langsung menambal pelajaran yabg sangat banyak.
"Bagaimana nanti maghrib? Apakah hukuman akan di percepat jika saya salah kembali?" batin Ratih.
Mbak Liya terlelap tidur, Ratih tidak pernah kenal lelah dalam belajar ia rela begadang malam agar ia menambal pelajaran agar nanti mudah bagi dirinya.
Rumah Pak Kiai Azizi, Ayah Gus Ikhsan.
Gus Ikhsan duduk didalam kamar membuka Al Qur'an mulai membacanya dengan suara indah.
Calon suami Kakak sangat kagum mendengarkan suara merdu calon adik ipar tersebut kakak Gus Ikhsan bernama Aisyah Sahla Nahwa Ninglam, kakak melebihi Gus Ikhsan hafal akan banyak hadis dan kitab, bahkan dia akan khatam Al Qur'an dalam bulan ini.
Selang beberapa menit kemudian Gus Ikhsan harus menetap beberapa tahun untuk mengurus pondok pesantren Tahfidz karena anak habib Makmur sedang sekolah di luar Negri.
Gus Ikhsan menutup Al Qur'annya duduk di ranjang miliknya, menatap kerudung Ratih masih ada pada dirinya setelah kejadian Ratih dihukum oleh Abahnya sendiri.
Rasa iba kepada Ratih itulah yang Gus Ikhsan rasakan. "Bagaimana caranya bisa membimbing Ratih jika saya mengajar dipondok Tahfidz sedangkan dirinya ada di pondok salaf, kasihan dirinya hidup mempunyai orang tua yang tega terhadap dirinya, memang baik nenitipkan anak di pondok pesantren akan tetapi paling menyakitkan itu adalah dia tidak pernah diajari apa pun selama dirinya di rumah itu keterlaluan," Lirih Gus Ikhsan kesal.
Kerudung bau harum yang telah di cuci tersebut sangat melekat pada Gus Ikhsan.
"Habib Raihan anak Habib Makmue akan datangz tugasku selesai untuk mengantikan dirinya, aku harus pergi ke asal mula pondok ku di Jawa Timur, bagaimana Habib Raihan bisa membimbing Ratih apakah dia mau?" tanya Gus Ikhsan dengan rasa heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangisan Santriwati (SELESAI) ✅
Novela Juvenil(FOLLOW DULU BARU BACA) Apa rasanya seorang anak yang tidak di anggap oleh kedua orang tuanya dan menitipkan di sebuah pesantren sejak berumur 5 tahun? Ratih menunjukan ia memilih air bunga itu. "Bagus saya sudah duga akan hal itu." Seorang...